Bab 93 :
Catatan Seorang Pensiunan,- Bagian Empat

Dalam resto kami bagian atas kami bagi dua. Ruangan yang boleh merokok dan ruangan yang tak boleh merokok. Bagian bawahnya ruangan campuran, boleh merokok dan yang tidak merokok. Bagian atas di bagian yang merokok, meja paling mula, adalah meja nomor 1, sampai ke bagian ruangan yang tidak merokok, kami tandai dengan meja nomor 6. Di meja nomor satu inilah menurutku yang enak duduk-duduk, sebab bisa memandang kekejauhan. Banyak yang bisa dilihat, orang-orang di jalanan, perkantoran, bank BNP, bank kami dan kantor Senat yang para anggotanya kebanyakan pelanggan kami.

Kalau sedang istirahat atau memang belum jam-kerjanya, atau mau menunggu sesuatu, sedap sungguh duduk di meja nomor 1 itu. Dan aku selalu duduk di situ, terasa santai dan merasa nyaman dan aman. Bila mau merenung dan mengenang juga sangat cocok duduk di nomor 1 itu. Setelah aku pensiun, aku sering duduk-duduk disitu, dan mengenang serta merenung perjalanan resto kami yang menuju umur 20 tahun. Perjalanan panjang resto kami tidak sebentar tapi juga belumlah lama benar. Satu hal dapat disimpulkan, resto kami pada umumnya berjalan baik walapun sangat sulit mengembangkan sayap. Banyak suara dan pendapat dari orang-orang yang menyaksikan, melihat dan merasakan perjalanan resto kami, mengajukan berbagai macam pendapat. Semua pendapat itu pada dasarnya bernadakan dan berisikan simpati besar. Tidak sedikit yang mengajukan kenapa tidak diperbesar, kenapa tidak membuka cabangnya lagi. Bahkan ada yang mau menanamkan modalnya dalam resto kami. Semua ini kami jawab dengan baik serta rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya.

Selama 18 tahun ini, betapa banyak lika-liku perjalanan resto yang kami alami. Kami pernah dua kali mengalami krisis, sehingga seluruh pegawai dan pekerja resto sama-sama mengencangkan ikat-pinggang karena beberapa bulan tak dapat gaji, karena menghutangi resto. Semua teman dengan rela hati, sebab semua mereka tahu benar, resto ini adalah sumber kehidupan mereka sendiri. Dua kali krisis itu sempat beberapa bulan. Tetapi sudah itu nanjak dan naik lagi, maju lagi. Kata teman-teman kami, yah, begitulah perjalanan kehidupan mencari makan, bagaikan roda pedati, terkadang ke bawah terkadang ke atas. Tapi kalau sedang ke bawah ya mbok jangan lama dong! Kan sengsara juga kita dibuatnya! Dan kini suasana dalam keadaan baik, kami sudah tak punya hutang lagi. Tetapi tetap harus selalu waspada, fluaktuasi ekonomi terkadang sangat sulit diduga.

Dalam pada itu kami secara rendah hati mencatat dengan perasaan jangan sampai dihinggapi penyakit puas-diri dan sombong. Sejak berdirinya sampai kini, kami telah memberikan pekerjaan kepada sejumlah 72 orang, jumlah semua orang yang pernah bekerja di resto kami. Lalu sesuai dengan nama scop Fraternite, persahabatan, maka kami telah mempekerjakan sejumlah 12 bangsa. Antaranya bangsa Belanda, Spanyol, Madagaskar, Jerman, Malaysia-Singapur, Russia dan lainnya. Dulu secara berkala kami menerima perusahaan dan perkantoran yang mengirimkan orangnya, pegawainya buat stage - stageure, magang. Buat mencari pengalaman-kerja.

Kami juga dengan tenaga dan sumbangan yang sangat sederhana dan sebisa-bisanya ingin membantu banyak teman. Misalnya ada teman dalam kesulitan keuangan buat mendatangkan keluarganya ke Eropa, yang sangat saling merindukan buat bertemu. Kami tentu saja tak punya dana buat itu, tetapi kami bisa menyediakan lowongan kerja buat selama beberapa bulan "mencari uang" buat keperluan mendatangkan keluarganya itu. Dan alhamdullillah, semua dapat menyenangkan semua pihak. Uang dapat buat beli tiket, keluarga saling bertemu dengan mesra dan penuh kerinduan dan kekangenan. Dan kami pernah merasa sangat senang, seorang teman bekerja sekian bulan, begitu pulang ke negaranya kembali, membawa sebuah merci, mercedes-benz walaupun second-hand, tapi perjalanan jauh ribuan kilometer dapat ditempuhnya, dan dia dapat modal buat mengembangkan usahanya.

Ada juga kasus begini. Seorang mahasiswi yang bersekolah di Amerika, dan pindah ke Perancis buat bersekolah mode - design. Orang kaya, orangtuanya saudagar batik dan rokok kretek. Bekerja di resto kami. Lantas buat apa? Kan dia orang kaya! Katanya buat cari pengalaman kerja, dan orangtuanya punya gagasan yang baik. Anaknya dibelanjai dan dikirimi uang dengan tabungan, bisa dipakai sebanyak 70 persen dari biaya ongkos semua kehidupannya, dan yang 30 persen lainnya harus cari sendiri. Cara ini sangat baik, sebab semua orang harus kerja, harus berusaha buat mandiri. Dan gadis manis Sawitri ini ternyata memang bisa dan punya kesanggupan buat kerja seperti kami, kerja-keras, giat dan tak takut kotor dan susahpayah. Suatu kali ketika pembagian gaji, salaire, kami panggil Sawitri. "Akh natilah Oom, besok-besok aja, saya mau lekas pulang nih, besok ada kontrol ulangan. Tak sempat lagi saya", dan Sawitri ngacir dengan cepat pulang karena hari sudah mendekati jam 24.__.

Tandanya Sawitri tidak sangat membutuhkan uang, tidak seperti kami. Gaji dan salaire selalu ditunggu-tunggu, sebab tanpa itu mau apa kami! Anak manis ini lebih memerlukan kerja dan latihan praktek daripada uang. Tentu saja karena uangnya memang banyak dan orang kaya lagi! Tetapi kami sangat menyayanginya, sebab anak ini walaupun anak orang kaya, tetapi sikap kerjanya sangat baik, bertanggungjawab. Dalam hatiku, betapa bahagianya orangtuanya, punya anak sebaik itu, semanis itu. Karena kegiatannya dengan sekolah dan organisasinya, dia minta izin buat tidak kerja lagi sementara ini. Dan kami meluluskannya dengan harapan dan doa agar dia selalu sukses dalam kerja dan cita-citanya. Dalam hatiku, ada-ada saja orang dengan berbagai macam polahtingkah dan perilaku di dunia ini. Kerjasama Sawitri dengan orangtuanya sangat serasi. Baru-baru ini orangtuanya datang ke Paris buat menjenguk anaknya.

"Wit", kataku, "kenapa tak kau ajak papamu datang ke resto?". "Aduh Oom, dia hanya dua hari saja, lalu mau ke AS periksa kesehatan", katanya. Nah begini kalau orang kaya, periksa kesehatan saja harus ke AS!

Apalagikah yang kuingat-ingat dengan perjalanan resto menuju ke 20 tahun ini? Karena kami memulai mencari pekerjaan sudah pada usia tua, maka masa kerja tidak bisa lama lagi, sebab usia pensiun sudah menunggu di depan kita. Pernah kukatakan pada seorang teman, hari ini jumlah umur yang kerja lebih dari dua abad! Sebab hari itu ada 4 orang yang sedang berdinas. Semua 4 orang itu bila dijumlahkan usianya lebih dari 200 tahun! Sebab yang satu umurnya sudah berkepala 6, dan yang lainnya berkepala 5! Ketika kukatakan bagaimana cara ngitungnya, barulah teman itu senyum-senyum tertawa lucu.

Dalam pada itu sudah ada perubahan komposisi pegawai dan petugas sebab sudah banyak yang dimakan usia. Yang pensiun sudah sejumlah 4 orang, artinya sudah berumur usia-pensiun, lebih 65 tahun umurnya. Dan yang meninggal sudah 2 orang, termasuk salah seorang pendiri. Pendiri mula-mula ada 4 orang, kini tinggal dua orang yang masih di Paris. Yang satu meninggal dan yang satunya lagi sudah bertugas di tanahair. Pendiri semulanya ada 4 orang Indonesia dan 4 orang Perancis. Karena ada peraturan ketika itu, orang yang belum berwarganegara Perancis tidak bisa membuka resto specialite negara tertentu. Ketika itu belum seorangpun di antara kami yang sudah berwarganegara Perancis, karena itu kami tidak bisa membuka resto tanpa ada orang Perancisnya.

Perubahan lainnya, ternyata zaman keterbukaan ini, juga punya dampak baik dan keberanian. Ketika aku sedang bertugas siang, melayani pelanggan, ada seorang muda pria dengan wanita muda. Tampaknya seperti orang Asia. Betul juga, dia yang mendahuluiku berbahasa Indonesia. " Maaf dik ya, sudah pernah kemari?", kataku. "Wah, sudah beberapa kali Pak", katanya. "Habis, saya baru ketemu sekarang sih", kataku. "Kalau saya datang, tampaknya bukan ketika giliran bapak yang kerja", katanya. "Betul, saya hari ini menggantikan teman lain". "Ya, biasanya kan Pak Mitro" katanya.

Dan ketika mau pulang pamitan, masih sempat kutanyakan. "Sekolah atau turis biasa, dik?". "Ah, saya dari KBRI pak, saya dari Ambassade", katanya. "Oooh", kataku panjang, diluar kesedaranku, sambil menjabat tangannya! Baru kali ini, baru zaman ini, ada pelanggan kami yang begitu berani menyatakan dirinya dari Kedutaan RI, yang dulunya sangat takut dan membenci kami. Sudah tentu kami menyambutnya dengan hangat dan ramah.

Paris 11 Mei 2000

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.