Bab 91 :
Catatan Seorang Pensiunan,- Bagian Dua,-

Sebelum penandatanganan final, dan sesudah semua surat-surat selesai keseluruhannya, aku masih tetap diberi kesempatan buat berpikir, dan kalau semua sudah okey, sudah fiat, barulah bubuhi tandatangan. Dan sudah itu tak ada lagi tawar menawar perubahan. Sebelum itu aku banyak berkonsultasi dengan banyak teman-teman yang sudah punya pengalaman dalam soal ke-pensiun-an, baik orang "kita" sendiri maupun orang Perancis. Tadinya ada kasus, jam-kerja yang kita pernah bekerja di Indonesia ataupun di Tiongkok, bisa dimasukkan, asal ada bukti bahwa kita memang benar-benar pernah bekerja di tempat itu. Artinya ada surat-surat lengkapnya.

Jam-kerja di "luarnegeri" ini bisa diperhitungkan, bisa dimasukkan dalam tambahan jam-kerja dengan yang sekarang ini,- di Perancis. Tetapi kita harus membayar sekian francs sesudah dikalkulasi oleh Jawatan Pajak dan Jawatan Pensiun. Berapa tambahan pensiunan aslinya dengan tambahan jam-kerja di "luarnegeri" itu ditetapkan berdasarkan perhitungan kedua Jawatan itu. Dan beberapa teman termasuk diriku, sudah mengajukan berapa tahun jam-kerjaku di Jakarta dulu itu, dan berapa tahun jam-kerjaku di Tiongkok dulu itu. Dan sesudah itu, dihitung, berapa kami harus membayar ke Jawatan Pajak dan Jawatan Pensiun, sebagai penebus tambahan jam-kerja dinas selama di luarnegeri itu. Dan rata-rata kami terkejut, temanku dan aku, masing-masing harus membayar sekitar 30.000 francs buat tambahan jam-kerja yang sejumlah 12 tahun itu. Dan kini kamilah pihak yang menghitung, apakah akan mengalami kerugian dan berapa jumlah kerugian itu. Dan juga sekiranya kami setuju membayar dengan sejumlah itu, darimana kami punya uangnya.

Akhirnya kami mengambil keputusan, biarlah jam-kerja selama di Jakarta dan di Tiongkok itu tidak usah dihitung. Dan menurut perhitungan kami, kalaupun dihitung dan kami mendapat tambahan uang pensiun dari jam-kerja di luarnegeri itu, tetap saja rugi. Ini berdasarkan juga umur kami masing-masing, sebab setelah kami hitung, rasanya sangat sulit untuk sampai ke umur sekian barulah uang pelunasan hutang yang sekitar 30.000 francs itu akan habis terbayar. Biarlah dapat sedikit, tetapi tidak berhutang. Tentu saja, dengan hanya dinas kerja 15 tahun sampai 18 tahun, pendapatan pensiunnya sangat sedikit. Lalu mau apa!

Kesalahan ini kepada siapa harus kami tujukan?! Orang-orang pada umur lebih dari 50 sudah merencanakan dalam kepala kalau nanti pensiun, apa yang akan dikerjakannya. Sedangkan kami pada umur melampaui 50 baru mulai mencari pekerjaan! Terlambat, sangat terlambat! Tapi mengapa terlambat? Nah, banyak ceritanya, dan semua yang tahu keadaan kami, juga tahu mengapa sebabnya. Samasekali tidak terlepas dari peristiwa besar tanahair tahun 1965/1966 itu. Kami adalah orang-orang yang terdampar, orang-orang yang harus hidup di tanah pengasingan yang sudah puluhan tahun, yang sampai kini dilarang pulang. Kami adalah orang-orang korban peristiwa dulu itu, bagian dari banyak teman-teman kami yang menyebar di segala penjara di tanahair dan Pulau Buru. Kami adalah bagian dari rakyat dan penduduk yang sangat menderita di tanahair, yang penuh mengalami penyiksaan, penghinaan, penderitaan dan pelecehan kemanusiaan.

Kadar penderitaannya tentu saja berbeda dan derajatnya tidak sama. Tetapi kelainan itupun samasekali tidak mengubah harkat sesungguhnya dari akibat peristiwa besar itu. Kami, lebih kongritnya aku, tidak pernah menyesali mengapa kami harus hidup begini ini. Semua ini adalah bagian dari keseluruhan, dan aku ketika dulu itu, sama dengan teman-teman lain, menjalankan garis serta politik yang kuanut ketika itu. Dan aku samasekali tidak boleh menyalahkan perorangan dalam membawa penyesalan kehidupan yang begini ini. Tokh dulu itu aku merasakan tak ada apa-apa kesalahan waktu itu, sama bersetuju, sama sehati dan setujuan. Jangan pula sesudah terjadi keterpurukan itu, lalu menyalahkan orang lain, seolah-olah dirinya yang sejak dulu benar dan tepat. Padahal dari dulu juga tetap saja manggut-manggut dan paling keras menyatakan setujunya, acc-nya dan cocoknya.

Maka jadilah kata terakhir penandatangan kepensiunan itu. Aku diminta menunggu. Setelah beberapa waktu, datang keputusan. Pengesahan keputusan pensiunku tepat pada tanggal 1 bulan 1 tahun 1998, artinya dua tahun sebelum pensiun resminya, dan disahkan memasuki pensiun dini berdasarkan keterangan beberapa dokter, karena disetujui setelah mempertimbangkan kesehatan yang sesungguhnya "sudah boleh memasuki pensiun dini". Sejak permulaan tahun 1998, aku mulai memasuki dunia baru, dunia pensiunan, yang samasekali tak terpikirkan bahwa akan memasuki pensiun di negeri rantau. Dan aku harus sudah memulai kehidupan baru, dengan perhitungan baru, dengan semangat baru, tetapi dengan pendapatan pensiunku tak sampai sepertiga dari gaji normal ketika aku masih berdinas aktive di resto kami.

Lalu mengapa aku berbuat begini, yang padahal masih punya kesempatan dua tahun lagi bekerja full dengan gaji full, walaupun tetap saja tidak sebanyak orang-orang Perancis lainnya? Lagi-lagi harus disadari. Kami memulai bekerja baru saja tahun 1982, di mana kami mendirikan Restaurant Indonesia. Dan itupun dimulai pada akhir Desember 1982, kami meresmikan resto kami pada tanggal 14 Desember 1982. Sukurlah sampai kini resto kami tetap bertahan, tidak sangat maju, tetapi bisa menghidupi belasan nyawa kami. Dari mula pertama dengan modal dengkul, modal pinjaman dari mana-mana, dan hutang berjibun, lama-lama setelah lebih dari 8 tahun barulah terbayar. Dan sesudah itupun gelombang naik-turun keadaan resto selalu mengkhawatirkan, walaupun keadaan ini tidak hanya kami sendiri. Ketika itu lebih dari 30 persen horeca ( hotel - resto dan cafe ) pada bangkrut, akibat krisis ekonomi di Eropa secara keseluruhan. Ketika itu benar-benar kami dalam keadaan cukup gawat. Kami siap berani berkorban dengan gaji tidak dibayar sekian bulan. Dan resto berhutang kepada pegawainya sendiri. Kalau bukan bentuk secara koperasi dan koperatif, mana mungkin kami mempertahankan resto kami.

Tapi pada akhirnya kami bisa keluar dari keadaan krisis itu. Dan sesudah mengencangkan ikat pinggang antara kami semua pegawai dan anggota koperasinya, kini hutang ini benar-benar lunas. Dan kami bisa menarik nafas panjang karena kelelahan, dan karena bersukur, yang pada akhirnya kami sanggup melunasi semua hutang kami, baik kepada bank maupun kepada teman-teman pegawai dan pekerja di resto sendiri.

Sempat aku "menikmati" pensiun ini secara kesendirian selama hampir setahun. Karena dalam jangka waktu itu, samasekali aku tidak bekerja di resto lagi. Sekali-sekali datang, bertemu banyak teman, ngobrol, rapat, menghadiri pertemuan, natalan, tahun-baruan, dan undangan lainnya. Tetapi nyatanya, aku dan teman-temanku tidak bisa berpisah lama begitu. Dan karena saling membutuhkan, pada akhirnya lag-lagi aku diminta bekerja seadanya, dua kali dalam satu minggu. Dan aku merasa sangat gembira, berkumpul lagi, bekerja-sama lagi, dan ngobrol, bergurau dan diskusi bermacam persoalan, termasuk bumbu kehidupan : gossip - ngerumpi dan yang miring-miring - porno.

Paris 10 Mei 2000

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.