Bab 82 :
Panorama Belanda

Sebelum aku sering ke Belanda, aku tidak begitu mengenal yang namanya kota Almere. Yang kukenal tentu saja kota-kota besar seperti Amsterdam, Rotterdam, Den Haag. Dan yang agak besar menurut pandanganku seperti Leiden, Woerden. Dalam peta, kalau kita mau menuju Almere, akan selalu keretanya itu akan mentok, atau terminus di kota Lely Stad, dan di petanya, kota Lely Stad jauh lebih besar daripada kota Almere. Tetapi kenyataan sesungguhnya, kota Almere jauh lebih besar, lebih ramai dan lebih berkembang. Menurut orang-orang yang mengerti dan mengikuti perkembangan beberapa daerah Belanda, memang tadinya Lely Stad cukup besar dibandingkan dengan Almere. Tetapi karena perkembangan industri, mekanisasi pertanian di Belanda, dan di sekitar Almere, maka penduduk Lely Stad banyak yang pindah ke Almere. Dan pembangunan perkantoran, perusahaan, dan mekanisasi pertanian, lebih berkembang di Almere.

Perkembangan belakangan ini, menjadikan kota Almere lalu berkembang, melebar, meluas. Dan kota Lely Stad menjadi mengecil, menciut, karena penduduknya sendiri banyak yang pindah ke Almere. Dan setelah bertahun-tahun aku mondar-mandir antara Paris - Almere, maka tahulah dan agak mengertilah bagaimana besarnya, luasnya dan berkembangnya kota Almere yang dulu kuanggap nggak ada apa-apanya.

Almere di mana anak-anakku tinggal, adalah Almere Stad, kelurahannya Staatlieden wijk, masih bagian Almere Stad, pusat atau Centraal. Sedangkan kelurahan tetangganya, adalah berbagai wijk, atau kelurahannya. Dulu di Jatinegara, Jakarta, namanya adalah Meester Cornelis, dan ada beberapa wijk, semacam kelurahan, seperti Bejened wijk, Murtadho wijk, dan lain-lain. Semua nama ini berasal dari penamaan Belanda. Wijk-wijk atau kelurahan-kecil sekitar kota Almere ini, cukup banyak. Seperti Kruidenwijk, nama dan jenis rempah-rempah, bumbu-bumbu. Ada lagi muziekwijk, kebanyakan jalannya mesti ada hubungan dengan nama yang disandang, juga berkenaan dengan kruidenwijk tadi. Nama-nama jalannya kebanyakan nama bumbu atau rempah-rempah. Seperti nama jalan Vanille straat, basilicumweg, curcumma straat, dan lain-lain.

Daerah muziekwijk mempunyai nama yang berkenaan dengan pertalian musik. Seperti nama jalan Gitarweg, Mozartstraat, Fluitelaan, Stringbaspad, Vioollaan, dan lain-lain. Juga nama-nama jalan di daerah Filmwijk, suatu daerah yang baru, bagus dan sangat menarik. Perumahannya sangat menarik, tertata rapi, ada yang kecil-mungil dengan taman yang hijau subur. Dan rumahnya seperti pemandangan di sekitar Hollywood. Daerahnya bersih dan perkampungannya sangat memikat. Aku sering mengunjungi Filmwijk ini. Disamping memang buat jalan-jalan olahraga, lalu juga menikmati alam-jalanan-perumahan di Filmwijk. Dan nama jalannya sangat mengasyikkan. Masih ingat aku, ketika suatu kali kesasar tersesat, mau mencari di mana arah letaknya stasiun Almere Stad. Sebab kalau tahu letak stasiun itu, pasti tahu jalan pulang ke rumah. Dan ketika aku menanyakan kepada seorang madame yang di Filmwijk itu, ketika dia masih bermain-main dengan anaknya, madame itu menjawab. "Stasiun? Masih jauh sekali, tuan. Itu, ke arah sana", katanya sambil menunjuk jauh sekali. "Apakah tuan membawa kendaraan sendiri?", katanya. "Tidak, saya jalan-jalan olahraga", kataku. Dan dia mengamatiku seolah-olah tidak percaya. "Tuan telah berjalan begitu jauhkah? Sebab stasiun bis sangat jauh dari sini", katanya. "Tidak apa-apa, memang saya sengaja berjalan jauh", kataku. Lama dia mengamatiku, seolah keheranan, kok ada juga manusia yang "gila" begini. Dan aku ingat betul, di jalan yang aku menanyakan kepada madame itu, adalah Charlie Chaplin weg. Tak jauh dari situ ada jalanan yang bernama Audry Hepburn weg, lalu Creta Carbolaan, lalu Ingrid Bergmanpad, dan Rita Hayworthstraat, dan Gone With the Windlaan.

Kataku dalam hati, nah, inilah hukumannya buat orang yang sering nekad. Aku membandingkan dengan jalan olahragaku di Paris, selalu ada tanjakan, perbukitan, tetapi di Belanda mana ada tanjakan, apalagi mana ada perbukitan! Semuanya rata, semuanya datar! Karena itu kalau aku jalan-olahraga biasa di Paris selama satu atau satusetengah jam, maka di Belanda ini harus ditambah beberapa puluh menit. Sebab tanahnya datar, tak ada tanjakan dan perbukitan. Arti olahraganya sangat kurang dibandingkan dengan di Paris, karena itu jamnya, lamanya harus ditambah. Di Paris sport jantungnya lebih agak ketat, karena harus mendaki, menanjak, tapi di Belanda datar-datar saja. Dan karena dengan tekad begitu tadi, kujalani beberapa wijk sekitar Almere, seperti waterwijk, muziekwijk, kruidenwijk, dan filmwijk. Banyak sekali rumah-rumah bagus, dengan tataletak yang diatur rapi, taman mini yang benar-benar mungil, dan orang-orangnya, penduduknya yang terbuka, dan gampang berkomunuikasi. Sedangkan mata dan hati tak puas-puasnya menikmati keindahan sekitar. Dan tak terasa jam terus jalan. Ketika berangkat dari rumah tadi, dari Clemenceaustraat pada jam 14,°° dan kini sudah hampir jam 18.°°.

Terasa kaki sudah agak berat, dan keringat mengalir membasahi baju. Musimpanas di Belanda, antara bulan Juli dan Agustus, kalau udara-cuacanya tidak bertingkah, sedang bagus-bagusnya, betapa indahnya Belanda itu. Tetapi untuk menemukan ketika Belanda itu alim, baik dan cantik, mempesona, sungguh tidak mudah! Sangat jarang, sangat jarang. Tetapi begitu ada, begitu ketemu, segera kau pegang, kau tangkap, pegang erat, sampai kau sendiri bersenyawa dengannya.

Betapa tidak begitu,- Berjalan di pinggir kali, tali-air yang di Belanda ini ada di mana-mana, yang di sisinya ditumbuhi pohon willow, pohon liu, bukan main enaknya. Di sekitar kali dan tali-air itu tumbuh bermacam bunga, mawar merah, kuning, putih dan tulip kebanggaan Belanda. Mewangi menyebar ke sekitar. Dan di sungai-kecil, kali dan tali-air itu, berkecipak bunyian terbangan berjenis burung air, termasuk itik-liar, yang sebenarnya sudah sangat jinak. Dulu, sorry ya, dulu sekali, ketika aku masih "membawa beban" pikiran "dunia ketigaku", melihat itik-bebek yang begitu gemuknya, begitu jinaknya, masih ada pikiran, ya, betapa enaknya kalau masuk panggangan-api, dibumbui kecap!! Betapa berminyaknya, betapa enaknya masakan bebek-itik sepanjang kali itu!

Dan ketika sambil ngobrol enteng, kukatakan kepada anak-cucuku, kontan mereka memakiku dengan kata-kata sadisnya ini papa dan kakek! Itu kan dulu, kini sudah pelan-pelan terhapus pikiran dulu itu. Kini sudah dengan tanpa beban menikmati pemandangan yang sangat indah itu. Bunyi-bunyian berjenis burung hinggap di pepohonan, dan berkecipak bunyi air-kali karena terbangan itik-bebek dan burung air lainnya, menambah indahnya pemandangan sekitar. Ketika itu seolah-olah Belanda akan selalu enak dan bagus seperti ketika itu. Padahal tidak, ini hanya terdapat pada musimpanas dan itupun tidak setiap hari. Tetapi begitu tidak ada yang tiga macam aku paling benci itu : angin - dingin dan hujan,- maka Belanda betul-betul indah, bagus, menarik dan asyik. Karena asyik dan menariknya, sudah beberapa wijk aku lalui, dan sudah beberapa jam kutempuh. Terasa sudah lelah, letih badan, tetapi hasrat memeluk dan menikmatimu, Belanda, sungguh selalu menambah semangat api, semangat cintaku. Tak apalah tersesat jalan, sekalian olahraga panjang. Tetapi yang kudapat, dulu yang kuumpat, lalu pada akhirnya tak jarang aku menjadi terpikat, walaupun tak boleh terikat.

Paris 26 April 2000

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.