Bab 49 :
Lain Lubuk Lain Ikannya
Lain Padang Lain Belalangnya

Karena sudah belasan tahun bertemu-muka dengan banyak pelanggan kami di resto, maka pada umumnya kami tahu mana pelanggan kami yang lama, dan mana yang baru. Juga mana yang tersetia, hampir selalu datang setiap minggu selama belasan tahun. Dan hubungan kami menjadi akrab, tanpa protokol resmi-resmian, kami bersahabat baik dan dekat. Sehingga kalau ada tamu yang datang dan kami lihat ternyata pelanggan-lama, teman-lama, langsung dan segera kami menyalaminya, " apakabar? baik-baik saja, kok lama ya rasanya nggak muncul-muncul?",- dan dia akan menjelaskan tanpa merasa pertanyaan itu sedikit nggak enak kalau diucapkan kepada orang lain yang belum dekat benar. Ini kepada siapa saja, maksudku baik kepada orang Indonesia sendiri maupun kepada orang bule, Perancis, Amerika atau Eropa lainnya.

Suatu hari datang Madame Carmen dengan temannya. Madame Carmen adalah peranakan Italia. Dia pelanggan kami yang termasuk setia dan secara teratur datang ke resto kami. Dan karena seringnya datang ke resto kami, dia juga banyak sahabat yang berkenalannya di resto kami. Sehingga dia tahu siapa Tuan L itu, siapa Madame C itu, dan siapa Hermes peragawan pria yang agak kebanci-bancian itu. Dan aku jadi ingat beberapa pelanggan kami lainnya, seperti Richard, Bruno, dan Catherine, dan banyak lagi. Aku terkesan lama dengan Richard dan Bruno ini, karena dua orang ini selalu bersama, dan kalau datang ke resto tanpa diberi dan minta kartu-menu, mereka sudah ngomong sebelum kami menawarkan kartu-menu. "Biasa, dua-duanya nasi goreng, yang pedas ya!", kata Richard sedangkan Bruno meng-ya-kan saja. Dua orang ini berkenalan baik dengan Madame Carmen. Jadi begitu Madame Carmen datang dan sesudah duduk sambil ngobrol sedikit denganku, lalu kutanyakan di mana sekarang dua sahabat baik kita itu, Richard dan Bruno.

"Oh, belum tahu Anda? Benar belum tahu?" "Ya, kenapa rupanya? Sudah pindah dari Paris?" "Ya pindahnya jauh sekali tak mungkin kita temui di dunia ini!", katanya. "Maksud Madame? Tuan Richard-nya? Dia meninggal?" "Tidak hanya Richard, juga Bruno, heh! Mula-mula Richard yang meninggal duluan, lalu dua bulan sesudah itu disusul oleh Bruno. Dan sakitnya ya sama, sebentuk dan sebangun, jajaran-genjang!", katanya tak bersenang hati. Madame Carmen lalu bercerita menjelaskan. Dua-dua sahabat itu mati karena sida ( aids). Mereka disamping suka gitu-gituan dengan wanita lain yang tukar-tukaran, tapi juga antara sesama mereka berdua, jadi biseksual. Dan barulah aku mengerti duduk-soalnya kenapa sudah begitu lama Richard dan Bruno tak datang ke resto kami. Padahal dua orang itu sangat akrab dengan kami, dan selalu banyak bergurau, dan bercerita segala macam soal kehidupan.

Dan yang paling kami ingat, bila datang ke resto kami selalu menanyakan apakah hari ini si San kerja? Si San itu wanita mahasiswi dari Jakarta yang sekolah di Paris. Richard yang paling mau dan demen kepada si San. Dan San bekerja service di resto kami, melayani para tamu. Dan kalau kebetulan San bekerja dan melayani Richard dan Bruno, maka agak terbengkalailah bagi pelanggan lainnya. Karena mereka ngobrol! Richard lebih ganteng dari Bruno, tetapi Bruno lebih kelihatan matang dan dewasa, tenang pembawaannya. Sebenarnya mungkin saja mereka berdua sama-sama tertarik kepada San, tapi mereka tidak merasa harus bersaing, sebab mereka tak pernah tergantung pada satu dua orang cewek! Begitu banyak cewek di Paris ini, gudangnya! Dan lagi dua-duanya kan bisa main antara orang dalam, antara mereka berdua, sebagai biseksual, pede atau homo kata kami di Paris.

Kami katakan penyakit sida atau aids ini sebenarnya penyakit enak, karena enak jadi lupa! Karena enak, jadi penyakit dan jadi koit.

Ada jurnal di Paris yang mempropagandakan anti rokok, dalam rangka anti-kanker, dan disebutkan dengan angka-angka fakta dari Kementerian Kesehatan bahwa sekian ribuan orang mati setiap tahunnya karena kanker, korban pengisap rokok. Ini juga termasuk penyakit enak, sebab karena enak - ketagihan, lalu menjadi penyakit yang menjadikan orang pada koit. Ketika diadakan konperensi anti-kanker oleh Pemerintah Pusat di suatu Gedung, banyak yang berdatangan dari daerah-daerah dan provinsi. Ruangan sidang memang boleh dikatakan bersih. Tetapi begitu diadakan istirahat setengah jam, sebagian besar peserta sidang menyerbu ruangan untuk merokok, yang bersebelahan dengan ruangan Sidang resmi-nya. Dan ruangan untuk merokok itu penuh asap, agak gelap dan penuh polusi, sedangkan di sebelahnya mereka membicarakan bagaimana menentang tabak, tembakau, penyehatan paru-paru dan lingkungan hidup!

Dulu, pada masa kami masih muda, atau mungkin sampai sekarang ini masih ada seperti yang mau kuceritakan ini. Kami akan merasa sangat bangga kalau memamerkan jam-tangan yang merek ini, merek itu, dan sudah dipakai belasan tahun, dan tokh masih baik jalannya. Tetapi sekarang ini bukan soal tahan lamanya, bukan soal belasan tahunnya atau puluhan tahunnya, tetapi setiap tahun harus berganti, mengikuti model. Jadi bukannya pameran tahan lama, tapi pameran yang setiap tahun berganti model, lewat satu tahun sudah kuno! Ini sebagian termasuk "berumahtangga" atau termasuk "kumpul-kebo". Kalau ada yang bisa bertahan sekian tahun, apalagi belasan tahun, itu mah bukannya mengikuti model, tapi ketinggalan model!

Karena itu di Paris, mungkin di seluruh Perancis, yang merayakan "perayaan pernikahan atau perkawinan EMAS selama 50 tahun hidup berumahtangga" sangat langka dan sangat aneh, dan dianggap ganjil. Memang ada, tapi pengikutnya dan pengagumnya tentulah dari golongan sejenis, yang dikatakan termasuk orang kuno! Dan lama aku tertegun membaca beberapa kejadian di kampungku, Nusantara. Ada pasangan laki-laki wanita yang berselingkuh, padahal ada suami dan ada isterinya secara sah. Masih juga mau "main gila". Lalu ditangkap penduduk setempat, dan diadili secara kampungan, diarak ramai-ramai disepanjang gang dan jalan di mana mereka tinggal sekitar situ. Diiringi dengan musik, diarak sepanjang gang dan jalan itu. Maksudnya mungkin agar mereka malu dan itulah hukumannya buat orang yang berselingkuh padahal masih bersuami dan beristeri.

Yang jadi renunganku yalah : seandainya hal-hal demikian mau ditrapkan di Paris, dan seandainya mau dicobakan hukuman secara demikian, maka sudah pasti rombongan musik yang akan mengiringinya tidak mungkin cukup! Sebab hampir setiap gang dan jalan dan boulevard selalu ada saja yang berlaku demikian. Maka akan ramailah Paris ini dengan rombongan ratusan mungkin ribuan rombongan musiknya!

Banyak sekali anekdote dan humor yang agak miring dan sedikit porno di Paris ini. Sesuailah dengan kota turis dunia, kota mode dunia. Semua tahu dan mengerti, apabila waktu liburan misalnya musim-panas, maka suami isteri akan mengambil liburan dengan waktu berlainan, sebab liburannya tokh tidak sama, kantornya juga berlainan. Dan pasangan itu sudah saling mengertilah, ketika beginilah kalau mau ambil kesempatan "jajan di luaran". Malah suami-isetri itu kalau dengan berbaik hati dan saling terusterang, malah jadinya awet, bahkan tahan lama! Tokh, kata masing-masing pasangan itu, kembalinya kan ke saya juga! Ketika mau berpisah, mau berangkat, berkatalah sang suami kepada isterinya : "Yah, aku hanya setuju paling-paling selama tiga minggu itu, kau bisa lakukan tiga kalilah paling banyak, dan itupun haruslah kau ingat aku ini, bagaimanapun kita ini akan mau lama kan?". "Semua kuserahkan kepadamu, bukankah kau yang mengusulkan duluan, dan itupun datangnya bukan dariku, kau ingat itu. Aku setuju saja dengan pendirianmu." "Baiklah, marilah kita saling pegang-janji", kata suaminya sambil memeluk isterinya ketika akan berpisah itu.

Dan waktupun berjalan menurut layaknya. Sesudah liburan selesai dan segera besok lusa akan kembali bekerja, datanglah sang suami kepada isterinya mau menanyakan pengalaman isterinya. "Cobalah kau ceritakan bagaimana pengalamanmu selama liburan itu. Apakah kau tetap memegang janji kita dulu itu?". "Aku sih tetap pegang janji yang kaukatakan itu", kata sang isteri. "Tetapi karena kau yang mengusulkan, maka kuharap kaulah yang cerita duluan"; Maka berceritalah sang suami. Benar diapun katanya "hanya" tiga kali saja. Mula-mula dengan seorang pelayan toko serba-ada, karena sama-sama suka. Lalu yang kedua dengan jururawat yang kebetulan dikenalnya di sebuah puskemas yang ketika itu dia mau berobat. Lalu yang ketiga ini, dengan seorang pegawai kantor urusan sosial, yang kebetulan ketemu sama-sama sedang berlibur, itupun sangat kebetulan sekali, tak disangka-sangka, kata sang suami.

"Nah, sekarang saya yang mau dengar pengalamanmu", kata sang suami dengan bersemangat mau tahu. "Ya, tak ada anehnya, sesuai dengan yang kau katakan itu, malah saya sih hanya satu hari saja, dalam satu hari saja. Kau kan tiga hari kalau per harinya, saya hanya hari itu saja", kata sang isteri seakan membela diri. "Lalu dengan siapa", kata sang suami sudah tak sabaran mau tahu. "Dengan siapa? Apakah penting kau tahu?" "Ya, kan saya terusterang, kaupun baik juga terusterang", kata sang suami. "Okey, okey. Di kota-pelabuhan C, kan. Kan kau tahu, mungkin baca nggak di koran, bahwa ada pertandingan sepakbola antara kesebelasan B dan C di kota C, nah dengan mereka itulah, grup itulah", kata sang isteri tenang setenang lautan Merriditerrania. Mendengar ini sang suami terasa berputar kepalanya, pusing tujuh keliling, dan hampir pingsan. Dalam benaknya apakah dengan rombongan yang belasan orang itu?!

Tapi wahai para pembaca, janganlah buru-buru mengecap orang Perancis itu kok suka gitu-gituan sih. Ini kan hanya anekdote dan humoristis, walaupan bagaimanapûn dan betapapun mungkin sedikit ada hubungannya. Namun demikian anggaplah itu hanya humor dan anekdote biasa saja adanya!

Paris 30 November 1999,-

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.