Bab 45 :
Bacaan-Ringan - Tiga

Ketika aku sedang anjangsono di rumah Mas Gon, karena mereka baru pindah, tiba-tiba ada tilpun dari resto. Aku selalu titip-pesan kepada resto dan teman-teman, ke mana saja aku pada hari itu. Sebab kami harus selalu stand-by sewaktu-waktu, sehingga mudah dan gampang menghubunginya. Ternyata tilpun itu hanya menyampaikan pesan lagi agar aku hari itu ke Hospital St. Louis, karena Luara sakit agak gawat, dia diopname.

Laura adalah cucuku yang pertama. Ketika itu bulan Juni 1988, menjelang musimpanas, umurnya baru dua tahun. Ibunya, Nita, anakku yang kedua, tahu benar, bahwa antara kakek dan cucu itu sangatlah eratnya. Terkadang, bahkan selalu, kalau Laura sakit, akulah yang lebih panik daripada ibunya sendiri. Ibunya jauh lebih tenang daripadaku sendiri, dan ini sampai kini sangat menguntungkan. Ketenangan seorang ibu sangat penting menghadapi bagaimana kalau anak-anaknya sakit atau dalam keadaan darurat.

Sorenya aku datang ke Hospital itu. Kudapati Laura sedang berbaring dengan begitu banyak kawat atau snoer jalinan penghubung elektronik yang dilengketkan di sekitar dadanya, lalu dihubungkan dengan mesin cardiogram dan alarm, yang sewaktu-waktu berbunyi tanda-darurat, dan dokter akan datang segera. Melihat itu saja, aku sudah terasa akan lunglai, lemas dan melihat Laura dengan hati yang sangat memelas, kasihan dan sangat menyedihkan. Ibunya di kamar itu juga dan menginap buat menemani Laura yang sakitnya cukup gawat. Laura selalu muntah dan berak, dan tak mau makan. Makannya melalui slang, diinfus. Dan yang aneh bagiku, salah satu pengobatannya agar melawan dan anti-muntah, dia diberi minum cocacola yang biasa itu!

Suatu waktu alarm itu berbunyi, ini artinya tanda-darurat. Dan dokter segera datang, semua diperiksa, termasuk tekanan darahnya. Kulihat ada lima orang dokter dengan masing-masing keakhliannya. Setelah tensi darahnya diperiksa, ada yang mengagetkan, darahnya 140/100,- ini benar-benar tidak normal, sebab anak itu baru berumur dua tahun. Dokter sibuk bekerja dengan masing-masing keakhlian dan kejuruannya.

Yang sangat membantu dokter yalah : semangat Laura, dia selalu saja terlihat semangat mau main, cerah dan tidak tampak sedih dan sakit. Dan kalau aku datang yang selalu membawa makanan yang disukainya, dia selalu tertawa dan senyum yang bagiku juga mempertinggi semangatku sendiri. Diam-diam ibunya dari samping selalu melihat dan mengamatiku. Aku tahu benar, ibunya ini dengan sendirinya selalu bertugas ganda, memelihara anaknya dan bapaknya agar jangan terlalu bersedih hati.

Setiap hari aku dan tantenya, Wita selalu datang ke hospital. Dan ini sangat membantu pengobatan Laura dan juga ibunya, karena mendapatkan semangat solidaritas keluarga. Setelah dua-tiga hari barulah ada keputusan para dokter, bahwa penyakit Laura ini adalah penyakit "kawasaki". Penyakit kawasaki berasal dari nama Jepang, dan memang juga berasal dari Jepang. Suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri, amuba, yang merusak jaringan tubuh, metalisme tubuh. Dia menolak makanan dari luar, dan itu menyebabkan selalu muntah dan berak. Penyakit ini sangat jarang ditemukan, dan tidak menulari orang kiri-kanan. Si pasien terkena karena kemasukan bakteri itu dari luar, dan mengendap dalam tubuhnya tanpa aktive mencari sasaran lain,- tidak berjangkit. Penyakit ini kalau dibiarkan beberapa waktu, akan merusak organ ginjal, jantung dan paru-paru.

Setelah keluar dari krisisnya, barulah kami dapat bernafas lega. Bahkan sudah berani berkata, kalau ada penyakit kawasaki, tentu ada penyakit honda, atau penyakit nissan, atau toyota, yang semuanya merek motor dan mobil dari Jepang. Setiap malam aku berdoa kepada Tuhan, agar tolong sembuhkanlah cucuku Laura, dan kalaupun bisa digantikan, ya Tuhanku, aku mau menggantikannya, dan kalaupun sekiranya Kau mau mengambilnya, Tuhanku, ambillah aku sebagai penggantinya, begitulah doaku setiap malam. Dan tambah bersukurlah aku, karena Laura telihat semakin membaik. Ketika ada harinya dia tak mau makan, dokternya bahkan berani bergurau, "akh, tak apa-apa, coba lihat badannya masih tetap agak gemuk dan tak dapat dikatakan kurus! Biar saja kalau dia tak mau makan hari ini", kata dokter, dan lalu dicubitnya pipi Laura yang tetap masih agak seperti tomat itu.

Selama di RS Laura jarang berbaju dan berpakaian lengkap, selalu saja hanya pakai celana-dalam, slip, sebab dalam kamar sangat panas, menjelang musimpanas. Dan yang menjadi catatan dalam hati kami yalah : selama 18 hari Laura sakit diopname itu, tak pernah kami lihat bapaknya, papanya, membezoeknya, tak pernah! Bapaknya adalah orang Portugis, namanya Umberto Marques. Karena itu nama lengkap Laura adalah Laura MARQUES. Ketika dia berumur 8 tahun nama itu dia ubah sendiri menjadi Laura MARQUES SOBRON. Lalu kami katakan, nama tidak boleh diubah sembarangan, harus melalui pengadilan dan peraturan resmi. Karena sudah tercatat di pengadilan-negeri bahwa nama bapaknya adalah MARQUES, maka harus ditulis sebagaimana peraturannya. Dan dia mengerti, tetapi tetap saja dan malah dalam beberapa tulisan bukunya atau catatannya, masih kulihat dia tetap saja mencantumkan namaku. Tetapi dalam nama resmi, misalnya paspor, di sekolah, dia menuruti peraturan.

Aku masih ingat, pada malam tanggal 24 Juni 1988, Laura sekeluarga, artinya mereka berdua, langsung dari Hospital pulang ke apartemenku. Tidak lagi pulang ke rumah mereka di kota Paris, di Nation. Aku tinggal di Paris Timur. Malam itu aku baru pulang dari kerja di resto, dan kulihat sudah ramai di rumah. Karena beberapa teman membantu pindah secara kilat ke rumahku, jadi bolak-balik mengangkuti barang-barang dari apartemen mereka. Di dapur kulihat Nita dengan bapak Laura, Umberto MARQUES. Mereka kelihatannya dengan masing-masing wajah yang gelap dan sedikit bertengkar. Beberapa orang keluarga yang membantu kepindahan itu, termasuk beberapa laki-laki. Aku tahu dan mengerti maksudnya, agar juga dalam melindungi keluarga kami. Karena sudah terlalu malam, kutawarkan kalau seandainya mereka mau pulang, silahkan saja. Tetapi mereka malah menawarkan padaku, agar apakah kami perlu ditemani, karena mereka tahu ada bapaknya Laura yang orang Portugis itu. Kukatakan, tak apa-apa, ini kan rumah saya, ada dalam kekuasaan saya, dia takkan berani berbuat apa-apa, nanti kami sendiri yang akan menghadapinya kalau sekiranya dia mau berbuat semaunya.

Setelah kukatakan demikian barulah mereka mau pulang, dan kami sangat menyatakan rasa terimakasih kami. Tak lama sesudah itu Umberto juga sudah bangkit dari kursinya, tapi minta diantarkan sampai pintu depan, dan Nita menolaknya. Tampaknya dia mau memaksa, tapi Nita tetap berkeras. Ketika itu aku memang agak siap-siap juga, dan Laura sudah kutidurkan, karena sudah menjelang pagi jam 0010.

Adalah benar, aku sangat yakin, Umberto tidak akan berani berbuat semaunya. Dan lagi ada kepercayaan pada diriku sendiri, ini tokh rumahku, kalau ada apa-apa, kekerasan yang dilakukan olehnya, maka peraturan hukum dan undang-undangya ada pada pihakku, sebab dia datang tanpa diundang, dan dia datang dengan pemaksaan, tidak disukai oleh siapapun, dan dia datang hanya mau berbuat kejahatan dan kekerasan.

Setelah dia pergi dan keesokan harinya barulah Nita mau bercerita padaku, bahwa dia diancam akan dibunuh oleh Umberto bila tak mau kembali ke Nation, apartemen mereka. Aku tahu betul, apartemen Nation itu, adalah kepunyaan Nita pribadi, karena untuk memperoleh aprt itu, akulah yang menanggungnya, sebab Nita belum berumur 26 tahun. Dalam ancaman itu Umberto malah terkejut dan tak disangka-sangka, Nita menjawab dengan berani : "Jangan kau kira kau akan dapat membunuhku begitu gampang. Sebab akupun sudah menyiapkan hal serupa yang membalikan tindakan kamu. Siapa yang akan duluan mati, jangan-jangan kamu duluan, bahkan bisa-bisa pagi ini atau besok malam. Kalau kamu tidak urungkan maksud jahat kamu, sayapun akan biarkan banyak teman saya akan mengejarmu sampai kuburanmu. Ingat itu, ya, saya sudah siapkan lama perlawanan ini, ingat itu!!". Tampaknya Umberto agak kaget juga mendengar ucapan Nita yang sangat sungguh-sungguh itu, dan selama mereka hidup bersama tak pernah Nita diketahuinya akan sekeras itu, seberani itu.

Di kalangan kami kaum keluarga sudah banyak yang tahu, bahwa Umberto adalah seorang pemabuk, petualang, sering berkelahi, bahkan katanya pernah berusan dengan penjara segala! Kami tadinya malah berpikir bagaimanalah caranya agar Nita terlepas dari kungkungan hidup demikian. Tetapi ternyata belum sampai kami keluarkan maksud kami ini, Nita sudah punya kesadaran itu. Dan lagipula, faktor Laura sangat banyak membantu niat kami itu. Entah apa sebabnya, Laura selalu saja minta kepada ibunya, agar kita pindah ke rumah kakek saja. Dan ketika mereka masih di Nation-pun hampir setiap minggu Laura minta antarkan kepada ibunya agar sepanjang hari Sabtu Minggu selalu bersama kakek.

Pernah satu kali Laura menangis sangat marah, karena begitu sampai ke rumahku, aku tak ada di rumah. Dan untunglah tak sampai setengah jam aku sudah sampai di rumah, yang walaupun sebenarnya mereka punya kunci rumahku. Semua kejadian sehari-hari begini, dan sangat terkesan tampaknya pada diri Laura, ketika dia sakit gawat-darurat itu, bapaknya tak pernah muncul. Yang selalu setiap hari adalah kakek dan tantenya.

Dan sejak itulah kami selalu bertiga selama tujuh tahun, dan Nita menjanda juga selama itu. Dan kami selalu bertiga ke mana-mana, seperti ke Thailand, Hongkong, Spanyol, Indonesia dan lain-lainnya. Kebersamaan ini juga menjadikan kami bertiga seakan satu kesatuan. Dan lengkaplah rasa perasaan kami setelah kami tahu, unsur apa saja yang menyebakan satu kesatuan itu menyerap kami selama ini. Kalau dari ukuran unsur astrologi Tiongkok-kuno, kami merupakan kesatuan yang ideal : unsur bumi, air dan kayu. Nita itu air, Laura adalah bumi sedangkan aku adalah kayu. Tiga unsur itu saling membutuhkan, saling berpegangan erat. Entah benar entah tidak, tetapi kami rasakan selama ini, kami merasa sangat cocok dalam kehidupan bersama, saling menghargai, saling menghormati, saling mencintai dan menyayangi. Tapi kami pada akhirnya juga harus berpisah, bukankah kami ini adalah orang, adalah manusia, yang normal-normal saja adanya? Nita mendapatkan suami yang sangat bertanggungjawab dan mencintainya, dan Laura harus ikut keluarganya, dan adiknya Berry yang sangat disayanginya. Maka mereka harus pindah bersama suami dan bapaknya yang baru.

Sedangkan si kayu ini, biar sendirian, tetaplah harus tumbuh, yang mungkin bumi dan airnya bukankah ada di mana-mana?

Paris 18 November 1999,-

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.