Bab 34 :
9 - 9 - 1999

Menurut banyak paranormal di Indonesia, pada hari - tanggal - bulan dan tahun ini akan terjadi pergolakan besar, kiamat, ledakan dunia, mungkin kehancuran total dunia. Tentu saja kebanyakan orang atau kebanyakan di antara kami lebih banyak tidak mempercayainya. Tapi ada juga rasa ingin tahu, kalaupun terjadi bagaimana sih rupanya, bagaimana sih rasanya, ramai-ramailah kita di dunia ini merasakannya-, begitulah pikiran kami. Yang kumaksudkan kami itu, adalah semua teman yang kukenal dan yang dekat dan ada di sekitar komunitasku, paling tidak di resto di mana kami berkeliling hidup di sekitarnya di Paris.

Berita yang begini ini sudah sering terjadi, beritanya maksudku, yang kutahu saja sejak aku masih di SD dulu lebih setengah abad yang lalu. Tokh tak terjadi apa-apa, buktinya sampai kini aku masih bisa menulis catatan ini. Ini bukannya mau apa-apa atau takabur! Kalaupun terjadi, kan kita semua ini yang ada dan penghuni dunia ini pada ludas-habis tak bersisa ya kan? Dalam hati sih mengharapkan agar janganlah terjadi apa-apa atau "Big Bang" kedua ini, kan masih mau menyaksikan dunia ini sampai dengan batas normal atas "jemputan Tuhan secara wajarlah".

Seorang Ibu di tempat kami menilpun anaknya yang di Jakarta. " Hei, Ded, bagaimana jadinya, ada terjadi apa saja yang kau lihat dan saksikan di Jakarta sekarang ini?". Anaknya heran, ada apa kok Mama nilpun dengan cara demikian. "Kenapa Ma, ada apa rupanya?" "Ya, kan katanya hari ini tanggal 9 bulan 9 tahun 99 akan terjadi kiamat, di koran kan ditulis dan beritanya ngetop". " Akh, itu sih hanya isu biasa, ramalan biasalah kerjaan paranormal. Nggak ada apa-apa. Ya, kiamat sih memang sudah terjadi terus menerus tapi di Timor Timur, terutama bagi rakyat kecil dan rakyat awam. Tiap hari terjadi pembakaran, perkosaan dan pembunuhan. Dulu orang biasa, orang kecil, miskin, kini pendetapun dibunuh. Dulu perumahan rakyat yang dibakar, kini gereja-resmipun dibakar, uskup Belo sendiri kalau tak dilindungi secara ketat lalu diselamatkan, pastilah kena bunuh juga", kata anaknya yang bernama Ded itu.

Sebenarnya Ibu itupun juga termasuk tak percaya akan adanya "Big Bang" kedua itu. Tapi sambil iseng-iseng mau juga tahu, terpengaruh juga rupanya akan berita-berita ramalan yang cukup ramai itu. Di kampung kami angka 9 dalam permainan kartu dengan hitungan tiga-tiga, artinya ada tiga kartu yang masing-masing tiga, dengan jumlah 9, maka angka itulah yang tertinggi dan itu untung, membawa keberuntungan,- dan ini sebenarnya angka judi! Namanya angka tiga lajur-sembilan.

Soal kiamat? Benar juga, kiamat untuk sebagian orang, memang terjadi di Timor Timur, Aceh dan Irian Barat. Dan yang jadi "sang mahakuasanya" ya serdadu TNI dengan dia punya kepalanya Suharto-Habibi. Jangan lupa menyebutkan Suharto, karena dia adalah sumber kiamat bagi rakyat Indonesia, dan jangan lupa menyebutkan Habibi, karena dia adalah pelanjut dari gurunya, guru politik dan filsafatnya.

Teman-teman kami masih dengan "keisengan ngotot" menyebutkan mungkin yang akan terjadi pada tanggal 9 bulan 9 tahun 99 itu adalah pada jam 9,- maksudnya pagi, sebab kalau malam bukan jam 9 tetapi jam 21 dan itu tak termasuk hitungan para normal. Dan ketika aku pada hari itu, artinya kemaren, sedang berdinas di resto, menggantikan seorang teman yang absen karena sakit, tiba-tiba ada deringan tilpun. Aku sudah merasa GeeR, sebab tentulah ada yang mau pesan tempat buat makan malam ini atau entah kapan-kapan. Tilpun kusambut dengan harapan gembira,- tetapi lha kok isinya begini.

"Apakah Anda orang Indonesia?", kata suara orang bule entah di mana. "Ya, betul, Anda mau pesan tempat?" "Dengarkan baik-baik, apa yang akan saya katakan ini! Anda tahu tentang Timor Timur? Apa Anda mengikuti kejadian pembunuhan kejam di Timtim?". "Ya, saya tahu, kami mengikuti dengan seksama semua peristiwa itu sampai kini...." "Diam! Dengarkan saya, Anda dengarkan, jangan banyak omong!", katanya. Dalam batinku, wah, lha kok tumben nggak ramah, malah marah-marah dan kasar omongannya. "Pemerintah Anda telah dengan kejam membunuhi rakyat Timtim, sampai kini dari sejak puluhan tahun negara dan pemerintah Anda sangat banyak membunuhi rakyat yang tak bersalah, memenjarakan puluhan ribu rakyat, menyiksa, memperkosa, terus menerus menindas rakyatnya sendiri. Apakah Anda dan teman-teman Anda tetap berdiam diri dan membiarkan pemerintah dan serdadu pemerintah Anda terus menerus membunuhi rakyat Timtim, Aceh dan lain-lainnya? Awas, kami akan datangi tempat Anda, dan kami akan unjuk-rasa, manifestation besar-besaran mendatangi tempat Anda.....................", dan plok.........gagang tilpun dibanting.

Belum sempat aku menjelaskan duduk persoalannya, tiba-tiba saja tilpunnya dibanting dengan kasar. Tak diberinya kesempatan buatku menjelaskan bahwa mungkin dia salah alamat, bukanlah kami yang seharusnya disasar. Pemerintahan kami? Mana kami ada pemerintah! Kami sendiri jadi begini karena pemerintah RI-nya Suharto-Orba-Abri!

Tapi berita ini kukatakan kepada semua teman resto, dan ada yang bahkan menilpun teman lainnya ke rumahnya, agar mengetahui bahwa akan ada demonstrasi ke resto, mau mengutuk perbuatan pemerintah RI-Habibi-TNI. Ketika itu kami berempat sedang dinas di resto, dan menurut isi tilpun itu, kini, hari ini mereka mau mendatangi resto kami buat demonstrasi menentang pemerintah RI-Habibi yang pembunuh, penyiksa rakyat itu. Sebenarnya aku sudah sangat yakin, bahwa isi tilpun itu salah alamat. Alangkah baiknya kalau si penilpun tadi agak sabaran sedikit lalu mendengarkan penjelasanku. Tetapi mana ada orang sedang marah menggebu-gebu yang bisa bersabar! Sedangkan di televisi Prancis sekarang ini hampir setiap hari menyiarkan tentang kejadian dan peristiwa di Timor Timur, yang dulunya tak pernah secuilpun menyiarkan tentang apa saja yang bersifat Indonesia. Banyak teman penuh pikiran bagaimana cara menghadapi para demonstran itu kalau sekiranya datang dalam beberapa jam ini.

Dan nyatanya Tuhan masih menolong kami pada hari yang serba sembilan itu, dan datangnya tilpun anullation, pembatalan itupun pada jam 21,°° sembilan malam.

" Anda resto Indonesia?", kata suara dalam tilpun. "Ya, ini resto Indonesia". "Maafkan tadi itu, teman kami telah salah alamat. Dikiranya tempat Anda adalah bagian dari Kedutaan RI di Paris, karena itu dia menyebutkan manifestation, unjuk-rasa ke tempat Anda. Ini kesalahan kami, harap Anda dan teman-teman Anda memaafkan kami. Dia kurang mendapat penjelasan dari kami, ini kesalahan kami. Harap Anda dan teman-teman Anda memaafkan kesalahan kami", kata-kata ini diucapkan berkali-kali. Dan aku menjawabnya juga dengan ramah, orang sudah minta maaf apalagilah! Sedangkan dia benar-benar sudah salah alamat. Kalaupun dia tahu kamipun bernasib dibeginikan dari pemerintah Suharto-Abri-Habibi-TNI, tentulah dia cukup memahami, kamipun seperasaan dengan rakyat Timor Timur yang menghendaki kemerdekaan itu. Kalaupun dia tahu bahwa bagaimana Ramos Horta tak pernah melewatkan kesempatan apabila dia sedang di Paris selalu berkunjung ke tempat kami, dan kami banyak beramahtamahan dengannya dan lingkungan yang mendambakan kemerdekaan dan demokrasi sejati. Untung saja angka serba sembilan pada hari itu, yang tadinya hampir nyaris "salah urus dan salah alamat" berakhir dengan terangbenderang dan jelasjemelas.-

Paris 10 September 1999,-

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.