Bab 28 :
Ilmu Penyesuaian - Harmonisasi

Sebenarnya Feng Shui itu dapat juga dikatakan Ilmu Penyesuaian - Harmonisasi - Keseimbangan. Segala sesuatu harus seimbang, menuruti kebiasaan alam, menuruti kewajaran, seharusnya, sepantasnya. Apa saja gerak-gerik di dunia ini apabila dirikita dapat menyelaraskannya, menyesuaikannya secara harmonis, seimbang, maka kita akan dapat menguasai masalahnya. Dari soal-soal kecil sampai ke masalah besar. Dari kelihatannya masalah sepele, sampai masalah serius, haruslah dibawakan dengan keseimbangan, kewajaran, dan kepatutan. Lawannya yalah apa saja yang ekstrim, berlebihan, keterlaluan. Apa saja yang keterlaluan, berlebihan adalah tidak baik, karena sudah tidak sesuai lagi, tidak seimbang lagi.

Dari hal kecil, soal makanan saja misalnya, seharusnya kita punya rasa keseimbangan ini, harmonis, pantas dan wajar. Rasa menahan diri, belajar menguasai diri adalah sangat baik, tetapi samasekali bukan menyiksa diri. Karena itu ada ilmu budha yang mengajarkan, "apabila mengantuk, tidurlah" "apabila lapar, makanlah" dan juga ada peribahasa Tiongkok kuno, yang mengatakan apabila seseorang mau berumur panjang antaranya inilah nasehatnya. "Makanlah kalau sudah benar-benar merasa lapar, tetapi berhentilah sebelum merasa kenyang". Saya sendiri bisa mengamalkan yang nomor satu itu, tetapi yang nomor dua belakangannya sering-sering gagal, sebab kalau sudah asik makan, ya sampai kenyanglah.

Dalam "ilmu-makan" juga ada harmonisasi, ini sebagian dari ilmu gastronomic. Kita ambillah sebagai contoh : nasi goreng sebaiknya janganlah dengan lauk yang juga digoreng! Jadi makan nasi goreng akan lebih baik dan enak dengan apa saja yang bukan digoreng, misalnya dengan sate, dengan ikan panggang dengan ikan pepes. Sedangkan makan nasi putih yang sedang mengepul penuh dengan aroma sedap, akan lebih enak dengan lauk yang digoreng, ikan goreng, ayam goreng, tempe goreng. Nasi kuning tidak cocok dengan gulai kambing, sebab sama-sama berlemak, mengandung santan, lebih enak dengan semur, atau apa saja yang tidak ada rasa santannya, sebab nasi kuning sendiri sudah bersantan.

Sudah dituliskan pada bagian belakang, makanan, laukpauk yang dengan masakan apa baiknya. Bebek sebaiknya jangan digoreng, lebih enak dipanggang atau gulai kering. Bebek digoreng, tak ada enaknya, yang ada neknya! Peranan "ilmu-makan" sangat penting dalam menilai semua jenis makanan. Orang yang "pandai makan" bukan berarti orang yang suka dan banyak makan, tetapi pandai menikmati makanan secara benar dan utuh, pandai menilai makanan. Asal bisa makan saja, bukanlah "pandai makan". Dalam hal ini termasuk minum. Orang Prancis kebanyakan pandai minum anggur. Orang Prancis yang biasa penilai makanan, akan selalu menyesuaikan dengan minumannya. Misalnya makan daging yang masakan cara begini, maka minuman anggurnya haruslah anggur-merah, sedangkan makan daging yang masakan begitu, maka minuman anggurnya haruslah anggur-putih. Tidak semua anggur lalu sama saja!

Kebiasaan alam dan kebiasaan hidup seseorang, juga sangat berpengaruh atas kehidupan keseluruhan. Orang pegunungan dan orang laut yang masih sangat tebal rasa tradisi kehidupan alamnya, akan selalu suka akan warna-warni. Ini sesuai dengan alam yang alamiahnya. Di kampung kami hanya orang-laut yang sangat suka ikan-karang. Ikan-karang itu selalu penuh warna-warni, seekor ikan bisa ada 6 a 7 macam warnanya, sangat indah. Tetapi kami tidak suka akan ikan-karang yang penuh warna-warni itu, kami merasakannya tidak begitu enak. Ternyata yang sangat suka warna-warni yang sangat mencolok mata begini bukan hanya kita dan kampung kita, tetapi juga suku minoritas di Tiongkok juga begitu.

Suku minoritas di Tiongkok sangat suka warna-warni, penuh warna yang sangat tajam, kalau merah betul-betul merah, kalau hijau betul-betul hijau tajam sekali. Tetapi juga merekalah yang paling pandai dan banyak kreasi seni budayanya. Bangsa yang selalu menyanyi dan menari, sangat gembira, ramah dan komunikatif.

Kembali ke soal makan dan minum. Sesudah makan yang banyak lemaknya sebaiknya dinetralisir dengan minuman yang bersifat menghancurkan lemak. Misalnya teh hijau, teh biasa, merah, tetapi jangan pakai gula. Dalam keadaan biasa minum teh merah atau teh kental-hitam sangat cocok kalau diminum dengan gula batu. Teh hijau tidak biasa diminum dengan gula! Teh hijau hanya biasa diminum panas-panas. Tetapi teh merah bisa diminum panas maupun ketika dingin, karena itu ada yang namanya teh-es.Tak ada teh-es tapi tehnya hijau! Ketika makanan jamian, makanan kecil seperti kue-kue yang manis atau yang sangat manis, akan sangat terasa enak kalau minumannya teh pahit atau kopi pahit, tak usah bergula! Akan sangat tidak enak kalau makanan kecilnya pada manis lalu teh dan kopinyapun juga manis! Ini tak ada rasa seni makannya!

Kembali kita kepada masalah kewajaran, keseimbangan dan harmonisasi tadi itu. Semuanya itu harus sesuai dengan keadaan, kondisi kongkritnya. Jangan coba-coba menasehati seorang teman yang sedang asik merokok atau sedang menghisap pipa(cangklung) lalu kita seakan berkhotbah bahwa merokok itu adalah sangat tidak baik! Dia pasti akan marah, bahkan bisa-bisa dia akan menghardik kita :"aku sekarang sehat begini justru karena banyak merokok. Obat jantungku adalah banyak merokok". Nah, kalau sudah begini, kitalah yang tak tahu diri, sebab waktu dan tempatnya sangat tak cocok buat menasehati teman itu.

Samahalnya ketika kita sedang melihat teman kita yang gemuk sedang menikmati dan menjilati es krim, lalu kita katakan, "minum dan makan es krim itu tidak baik, hanya menambah gemuk dan kolesterol saja". Pastilah dia akan marah, dan bisa-bisa kita diusirnya atau dimakinya. Nasehat dan anjuran baik kita itu, samasekali tidak cocok dan tidak pada tempatnya diajukan ketika itu juga! Kalau cara begini kita ajukan dan kita nasehati, maka nasehat baik seperti apapun tidak akan mempan, malah hanya menjadi permusuhan dan rasa kebencian saja adanya. Nah, gerak-gerik atau perilaku seseorang haruslah sesuai dengan keadaan kongkrit, harus seimbang, harus melihat rasa harmonisasi. Ternyata nasehat dan anjuran cara demikian, tidak cocok, tidak sesuai dengan keadaan kongkritnya. Harus selaras antara motif dan sebab-akibat. Kehendak dan kemauan baik, harus selaras, harus harmonis dengan alam bagaimana keadaan ketika itu.

Ilmu Penyesuaian dan Harmonisasi ini sudah tentu tak ada sekolahnya. Yang ada hanyalah berbagai pengalaman kongkrit. Kita pernah terbentur, pernah mental ke tembok, dinding granit, lalu seharusnya bisa mengambil pelajaran darinya, agar lain kali jangan begitu lagi. Hanya itu sajalah resepnya. Kata orang, pengalaman praktek adalah guru segala teori, semua teori seharusnya datang dari pengalaman praktek yang sudah disimpulkan,-

Paris 14 Juli 1999,-

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.