Bab 26 :
Yang Aneh-Aneh - Dua

Yang aneh-aneh itu bukan saja pada orang lain, tapi juga pada dirikita, dirikami, diriku sendiri. Hanya mungkin dirikita sulit melihatnya, bagaimana mau melihat gajah di pelupuk mata, terlalu dekat sehingga sulit tampak, kabur! Coba, ambil misal, kami ini pekerja resto, cukup makan. Apa saja yang dijual buat pelanggan, kami bisa makannya dan boleh asal saja tahu dirilah, jangan semau-maunya! Mau rendang, ya ambillah, mau gulai-kambing, ya ambil sana! Mau sate udang yang merangsang itu, ya silakan. Namun karena sudah setiap hari, maka lama-lama bosan. Sangat bosan makan yang selalu saja dihidangkan buat pelanggan. Kami mau lain dari yang lain, lain dari yang ada dan dihidangkan. Kami bosan makan dari itu ke itu saja! Maka betapa inginnya kami makan tahu dan tempe. Di Paris tak ada jualan tempe. Dulu pernah ada pabriknya secara kecil-kecilan, tapi bangkrut, lalu ada lagi, lalu bangkrut lagi. Dan kami terpaksa pesan tempe di Holland.

Bila seseorang teman pulang dari Holland, yang paling duluan kami tanya yalah, bawa tempe nggak? Kalau nggak bawa tempe, akan kami katakan, "percuma jauh-jauh ke Belanda tapi nggak bawa tempe". Begitalh tempe sangat jadi favorit kami. Sampai-sampai aku pernah bilang, "bahasa Jawaku sekarang ini jelek sekali dan sudah banyak lupa, karena terlalu lama nggak makan tempe". Dan Mas Hersri tertawa mendengar kata-kataku. Dia tahu, ini hanya alasan saja karena mau makan tempe. Dan Mas Hersri itu yang bilang bahwa aku ini "lebih Jawa daripada Jawa" -, karena kalau aku sedang dinas di resto selalu mutar lagu Jawa, seperti Kebo Giro, dan berbagai lagu-lagu yang bergayakan salendro patet manyuro, yang sebenarnya aku juga nggak begitu tahu, asal-asalan saja.

Tapi kukira, kalaupun seandainya setiap hari makan tempe, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, sampai terus-terusan, ya jangan-jangan bosan juga. Nah, ini lagi keanehan kami ini, barangkali ini bawaan dari dunia ketiga. Sudah baik-baik dan bagus-bagus tersedia bermacam jenis daging yang berkualitas, masih juga kami mencari : buntut-kambing, buntut-sapi, kaki-sapi, kaki-kambing. Dan adakalanya mencari kepala-kambing, masak gulai-kepala-ikan tenggiri. Semua yang mungkin di mata orang bule rada aneh-aneh! Tapi kalau enak, ya memang kami cari dan usahakan. Mencari kepala-kambing dan kepala-tenggiri bukannya mudah. Harus di toko-Arab atau toko-Turki kalau di Holland. Juga mencari kaki-kambing atau kaki-sapi, karena semua itu yang menggemarinya sama, sama-sama orang dunia ketiga!

Di suatu tempat dulu itu, ada beberapa teman yang tidak mau makan babi. Tidak makan babi terdiri dari bermacam orang. Bisa karena agama, haram hukumnya, bisa karena kebiasaan, tidak biasa makan babi, dan juga bisa karena dieet, takut gemuk dan takut kolesterol tinggi. Nah, yang anehnya, ada beberapa teman yang tidak mau makan babi, okey, sah-sah saja, tetapi kalau kaki-babi bukan main dia sukanya! Kalau ada sajian dan pembagian makanan masakan kaki-babi, orang-orang yang terdaftar tak makan babi, pada rebutan masakan kaki-babi! Padahal kaki-babi adalah bagian yang terkotor, terendah dari seluruh tubuh babi! Aneh kan! Nggak makan babi, tapi suka makan kaki-babi! Nah, coba mau apa! Lain orang lain hatinya, kepala sama berbulu, hati siapa tahu, sedalam-dalam laut dapat diduga, tapi dalam hati siapa tahu!

Aku ini barangkali sejenis orang gourmandes dan gastronomic, agak rakus, pemakan, dan juga memahami soal rasa dan selera. Mungkin dengan bahasa kerennya, siapa tahu berselera tinggi. Ada pilihan tertentu, tidak termasuk sembarangan. Aku suka ikan, tetapi tidak semua ikan aku suka. Ikan sejenis ikan-layur atau yang panjang seperti itu, di kampung kami, kami namakan : ikan ikat pinggang CPM! Karena di kampung kami sangat kaya ikan, seperti juga daerah Bagan Siapi-api, Tanjungbalai, Asahan,- Karena itu di kampung kami, walaupun ada lauk berjenis ayam, daging, selalu tuanrumah yang menjamu berkata, "maafkan ya, kami tak punya ikan buat hari ini, lagian ikannya tak begitu baik". Bagi orang kampung kami, ikan adalah nomor satu, bukannya ayam atau sapi! Barangkali aku seharusnya merasa cukup baik dan senang juga bila betul-betul memang "berselera tinggi". Karena ada temanku yang sangat lahap, apa saja dimakan, apa saja selalu dikatakannya enak. Sehingga ada peribahasa kami buat teman satu itu : "kalau si Polan bilang nggak enak, kucing dan anjingpun takkan mau makannya"! Nah, ini barangkali termasuk "berselera rendahan", asal makan, asal kenyang, semua dirasa enak, tak ada yang tak enak, kata peribahasa lagi : "bagi si Polan sih, batu juga asal pakai saus pasti dirasanya enak, sesudah dijilatinya maka batu itu lalu barulah dibuangnya"! Ini sih keterlaluan kami menghinanya, dan kami tahu, hal begini tidak baik! Dan diapun tak marah, karena hanya gurauan saja adanya.

Ada teman-teman kami yang saling membanggakan tanahair dan kampungnya ketika saling bercerita sesama temannya orang asing, orang bule. Orang-orang bule sangat membanggakan buah-buahan yang katanya disebut dalam injil bahkan quraan, seperti anggur dan apel. Anggur dibuat menjadi wine merah dan putih, sangat luas dipakai di dunia. Okey lah, betul. Tapi kata teman kami itu, kami di Indonesia punya buah yang begitu hebat, sampai 6 a 7 orangpun takkan mungkin menghabiskan buah itu, katanya. Mendengarkan hal ini, aku sendiri ketika itu agak heran juga, masaksih! Katakanlah buah durian, duren yang bagaimanapun besarnya, tentulah bisa dihabiskan oleh dua-tiga orang. Setelah lama semua teman berdiaman dan menunggu jawaban, barulah teman itu berkata : buah nangka! Semua kami tercengang, karena baru ingat, baru tahu! Betul, buah nangka yang besar, bisa-bisa tidak habis walaupun 10 orang! Dan teman-teman kami orang bule itu pada heran, setengah tak percaya. Terpaksalah beberapa teman mencarikan segala macam literatur tentang buah-buahan di dunia, buat ditunjukkan kepada teman yang tak percaya itu.

Di Albania, dekat Tirana, di bagian pasar-ikan, tadinya banyak dijual berjenis udang. Tetapi orang Albania, penduduk aslinya, tidak makan udang, masih merasa asing dengan udang. Maka datanglah para "melayu preman kurawa" ini, membeli udang yang begitu segar dan besar-besar. Dan selalu saja setiap minggu membeli udang di pasar itu. Kedaan ini dilihat dan diperhatikan oleh penduduk setempat, penduduk aslinya. Rupanya merekapun mau mencobanya, mau makannya, setelah berguru bagaimana cara masaknya secara praktis-praktis saja. Teman kita mau mengajari dan memberi contoh. Dan sejak itulah teman-teman kita yang dulu sangat leluasa dan sangat mudah membeli udang segar dan besar-besar itu, kini sudah sangat sulit mencarinya! Sebab orang Albania penduduk aslinya sudah mau dan suka makan udang gara-gara "para kurawa melayu" ini! Dan Albania dengan tipografi buminya lebih besar daratan dan pegunungan, bebatuan, maka makanan laut tadinya tidak begitu disukai. Mereka lebih banyak makan daging kambing dan domba.

Kami pribumi yang bernenekan dan keturunan anak sungai dan laut, tak makan ikan dalam seminggu dua minggu, rasanya bukan main inginnya mencari ikan. Tenggiri adalah jenis ikan yang bisa dimasak dengan cara apa saja. Lain halnya dengan ikan pari, hanya bisa dipanggang atau gulai, pepes, tetapi tak ada ikan pari yang digoreng! Aneh kalau ada, dan memang tak pernah kudengar di kampung kami ikan pari digoreng, samahalnya daging kambing yang digoreng. Daging kambing selalu dipanggang atau digulai, tetapi tak pernah ada goreng kambing. Yang ada, nasi-goreng-kambing. Namun demikian boleh-boleh saja kalau mau coba, biarpun aneh ya tapi silahkan saja.Termasuk ikan hiu atau ikan cucut, bukanlah jenis ikan yang buat digoreng! Ikan hiu atau ikan cucut, hanyalah buat dipanggang atau digulai, juga bisa dipepes.

Gulai kepala ikan ada rahasianya! Semakin ikan itu besar semakin enak rasanya, apalagi kalau bibir ikan itu tebal. Sarden, semakin berjenis kecil semakin enak. Sebaliknya makerel, maqereau, semakin besar akan semakin enak. Udang berjenis sedang-agak-kecil lebih enak daripada udang-raksasa yang besar itu. Udang raksasa-besar itu bukannya dari segi enaknya, tapi kekaguman kita kepadanya, dagingnya sih biasa-biasa saja. Dia menang besarnya saja, hebat di mata saja, tapi soal rasanya takkan menang dengan udang-sedang atau agak-kecil, juga menang mahalnya saja.

Caviar jenis telur ikan caviar yang paling mahal adalah dari Iran, tetapi yang paling terkenal adalah dari Russia. Satu kilogram caviar dari Iran ada yang berharga sampai 10.000 Francs sampai 40.000 francs bahkan lebih, nah kalikanlah dengan kurs rupiah atau uang di mana Anda berada! Kupikir-pikir bagaimana cara makannya ya! Sama dengan makan uang saja layaknya, dan harganya setingkat harga emas murni 24 karat! Ini yang dalam kalengan. Dan tokh, "orang aneh dan gila" selalu saja ada di mana-mana yang membelinya, jangan heran. Kita saja yang pada geleng kepala, mereka diam-diam siapa tahu membeli lebih dari dua tiga kaleng, yang dengan uang kita sudah dapat beli rumah-gedongan yang mewah!

Paris 11 Juli 1999,-

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.