Bab 19 :
Praktek Feng Shui

Tepat ketika tanggal 17 Agustus 1995, saat RI berulangtahun ke 50, kami "menyepi" di Pelabuhan Ratu.
Ponakanku yang paranormal itu bersama sekeluarga adiknya, dan kami tiga generasi, anakku dan dua cucuku. Kami menginap di sebuah hotel yang terletak benar-benar di pinggir pantai. Sehingga ombak-gelombang yang sungguh dahsat itu terdengar sampai ke kamar. Dan kalau kita berdiri tak jauh dari pecahan dan deburan ombak itu, akan terlihat gulungan air menggulung-garang menuju pantai. Dan bunyinya begitu membahana. Bagi orang yang tidak menyukai segala bunyian yang ribut, tentulah tidak menarik buat beristirahat di tempat ini. Tetapi bagiku yang memang berasal dari "anak-laut dan anak-pantai" betapa sedapnya mendengarkan dan mengamati gulungan gelombang yang begitu garang. Pantai Pelabuhan Ratu adalah Laut Jawa Selatan yang masih termasuk Samudra Hindia. Ombak-gelombang di sepanjang pantai selatan ini sangat dahsat, pantas sajalah orang-orang menamakannya tempat bersemayamnya Nyai Loro Kidul.

Berjam-jam aku mengamati gerak-terjang ombak-gelombang ini. Dan bila hari sudah malam, suara itu semakin garang, dan terlihat garis-putih bagaikan gigi panjang berkilometer menggarisi laut jauh ke arah tengah. Sangat indahnya. Kalau sudah begini, terasa bagaikan menyatu dengan alam. Konsentrasiku kupersembahkan kepadaNYA, agar DIA bersamaku selalu, dan aku selalu bersamaNYA. Kutumpahkan segala harapan dan permintaanku agar jalannya kehidupan ini tidak sangat rumit berjalin-jalin. Dan kuserahkan kepadaNYA, mau diapakan aku ini yang sudah begitu banyak dosa dan kesalahan. Sudah tentulah segala harapan dan permintaanku itu kumohonkan satu persatu sebagaimana adanya, tanpa malu-malu, karena yang tahu hanya aku dan DIA.

Kompleks pesanggerahan ini letaknya sangat baik. Yang kumaksud lokasinya memberi harapan dari segi Feng Shui. Yang punya adalah seorang wanita, dialah pemiliknya, Bu Darsih. Orangnya sangat baik dan ramah. Kami disambutnya dengan keramahan yang tampaknya tak dibuat-buat, wajar sebagaimana adanya. Karena letak lokasi pesanggerahan ini cukup jauh dengan kota atau pusat perbelanjaan, maka Ibu Darsih banyak sekali membantu kami membelikan dan mensuplai keperluan kami. Dan kami bermaksud mengadakan pesta bakar-ikan dan bakar-sate. Semua keperluan diusahakannya sehingga memperlancar maksud dan hajat kami. Kamipun mengundang ibu direktris itu. Kelakar tukar menukar pengalaman. Dan aku "terpaksa" juga menceritakan bahwa kami datang dari jauh dan berdomisili di Eropa, dan kini tiga generasi, anak dan dua cucuku berlibur di tanahair. Bu Darsih terlebih bersemangat dan dengan keramahannya menceritakan banyak hal berkenaan dengan usahanya ini. Dan sampailah titik dan garis cerita itu pada soal Feng Shui.

Dia menanyakan bagaimana letak hotel pesanggerahan ini. Dan kukatakan setelah dua tiga hari kami bermalam di tempat itu, dari segi letak memang baik, tetapi akan lebih baik lagi kalau beberapa hal diperhatikan, agar rezeki dan keberuntungan tidak terhalang buat masuk ke lumbung-hartanya. Apa perkaranya, katanya. Dan kukatakan, di depan pesanggerahan tepat menghadap ke ruangan-duduk-duduk para tamu, sangat tak sedap melihat terpancangnya pohon-tua yang sudah usang, yang tak bersinar bahkan punya sinar redup,gelap. Sebaiknya pohon-tua yang "menghalangi jalan masuknya Chi yang baik itu" dihindarkan, dibuang dan ditebang saja. Lalu di ruangan depan gerbang-masuk terlihat pancuran-air, tetapi tak ada airnya, macet dan kosong saja. Harap dialirkan airnya, jangan sampai tersumbat. Berilah jalan kepada air yang mau mengalir, janganlah ditutupi dan disumbat-paksa walaupun karena terlupa atau tak sengaja.

Bu Darsih ternyata juga punya orangpintar dan para Feng Shui, dan katanya apa yang kukatakan itu juga pernah dikatakan sang Feng Shui-nya sendiri. Artinya cocok menurutnya, dan artinya dia mau mencoba apa yang aku tahu dan punya! Namun demikian Bu Darsih adalah benar-benar orang baik, dan karenanya aku menganggap adalah sangat baik kalau aku sendiri berinisiatif membantu dan menunjukkan apa yang aku tahu dan yakini. Orang baik sebaiknyalah menerima kebaikan juga!

Pada pertengahan tahun 1996, aku menerima surat dari Bu Darsih, langsung dari pesanggerahannya di Pelabuhan Ratu itu. Dia menyatakan sangat berterimakasih atas "petunjuk Feng Shui-ku" yang katanya "sangat bersesuaian" dengan sang Feng Shui-nya sendiri. Juga dikiriminya beberapa buah foto hasil renovasi setelah hotel itu diperbaiki sesuai dengan nasehat Feng Shui. Dan katanya, sangat sulit mengatur lalulintas pelanggan sebab selalu penuh dan padat, selalu minta kamar, dan sangat laris. Dan memang tampak dari beberapa foto itu, sudah tak ada lagi faktor penghalang masuknya Chi buat kemurahan rezekinya. Dalam hatiku, sukurlah kalau ilmu Feng Shui-ku memang benar-benar membawa kebaikan bagi usaha dan dirinya. Orang baik seharusnya menerima kebaikan pula, kataku dalam hati.

Seorang keponakanku yang lain, yaitu kakak dari keponakanku yang paranormal itu, tidak begitu percaya kepada adiknya. Sehingga kalau dia menanyakan sesuatu yang rumit dalam kehidupannya, tak pernah dia mau menanyakan kepada adiknya ini. Dia tidak percaya kepada adiknya ini, walaupun aku sendiri sangat percaya kepadanya, bahkan diam-diam dalam hatiku, dialah "paranormalku dan guruku dalam ilmu yang beginian, termasuk Feng Shui". Feng Shui dan ilmu paranormal memang tidak sama, tetapi ada segi kesamaannya, yaitu tentang konsentrasi, energi, dan meditasi.

Keluhan si As ponakanku ini, ada-ada saja, sakit inilah sakit itulah, kecurianlah. Dan pertengkaran dengan anak-anak dan adik-adiknya, dan memang kulihat, si As sangat pemarah. Dan lekas sekali naik-darah dan lalu mengamuk, banting ini banting itu, rusak dan berpecahanlah piring-mangkuk dan porselen yang mahal-mahal. Suatu hari dia minta agar aku berkonsentrasilah dan meditasilah, carilah energi, dan cari tahu mengapa maka pada hari-hari itu dia sangat lekas menjadi marah dan suka ngamuk-ngamuk. Pandanganku, apabila benar-benar seseorang sangat serius dan sungguh-sungguh minta tolong dan minta bantuan kepada kita, maka dirikita-pun harus dengan serius dan sungguh-sungguh pula harus membantu dan menolongnya. Kulihat, kuamati, dan kuperiksa sekitar rumah-barunya itu, tak ada yang menjadi halangan besar buat Chi yang baik masuk ke rumahnya. Semua jalan dari luar buat masuk ke dalam lancar-lancar saja adanya. Lalu mengapa terjadi hal demikian? Sekarang bagian dalam harus kuteliti, dalam rumahnya, dalam kamarnya.

As adalah penggemar pengumpul barang-barang antik. Dia banyak mengkoleksi barang-barang antik, seperti cincin, pedang, keris dan tombak, barang-barang tembikar dan porselen zaman kuno. Dia kolektor amatiran, jadi belum menguasai barang dan benda apa saja yang seharusnya dikoleksi. Padahal tidak semua barang antik itu akan selalu membawa kebaikan kepada kita. Bahkan ada benda dan barang-barang yang membawa "kesialan dan keburukan" bagi seseorang, dan hal ini yang dia tidak paham. Dan semua barang koleksiannya itu kudekati dan kuamati, bahkan kupegang-pegang dan kubalik-balik. Tanganku gemetar dan dadaku terasa sesak setelah memegang sebilah keris-tua, sangat panas dan badanku menolak memegangnya lama-lama. Maka tahu dan terasalah padaku, keris ini pasti ada apa-apanya. Sebaiknya keris ini ditiadakan, tak usah masuk barang koleksian. Tetapi ilmuku bagaikan kepandaian si As dalam mengoleksi barang-antik, yaitu baru amatiran, demikianlah aku, juga baru amatiran dalam ilmu ke-Feng Shui-anku. Diam-diam kubawa keris itu dalam bungkusan kain-sutra yang sangat tebal dan rapi, dan aku datang kepada "guruku" itu, adik As sendiri yang sangat tidak disukainya. Dan memang benarlah perasaanku dan pendapat kami berdua, menurut si Ita, paranormalku itu, sebaiknya keris itu dikembalikan kepada pemiliknya dan penjualnya itu dulu. Menurutnya, keris itu "sudah pernah makan orang", dan sangat panas sifatnya. Dan setelah kukatakan kepada As sebaiknya keris itu dikembalikan kepada pemilik dan penjualnya dulu. As sangat menyetujuinya, tetapi bagaimana cara mencari penjual dan pemiliknya dulu itu, sebab keris itu dibelinya ketika dia berkunjung ke Ujungpandang dulu itu. Maka kira-kira kloplah pendapat kami, keris itu sudah makan orang karena perkelahian, pembunuhan. Dan siapa saja yang memilikinya akan berwatak dan berdarah panas, pemarah, penaik darah dan akhirnya pengamuk.

Setelah aku kembali ke sarangku di Paris, dan beberapa bulan kemudian, ada surat dari As dan juga dari anak-anaknya, yang menyatakan adanya perubahan baik pada dirinya dan keluarganya. Kata anaknya si Nita yang stewardess itu, "Kek, tahu nggak kek, mama sekarang jadi baik deh sama Nita, sudah mau ngajak datang ke rumahnya, nggak hari-harinya begitu, sekarang sudah bisa bermanis-muka nggak kayak dulu, kerjanya marah-marah doang, dan pake ngamuk lagi",- Dalam hatiku, Feng Shui itu bukan hanya mencari tahu hal luarnya saja, tetapi juga hal dalamnya, karena Chi itu ada di mana-mana, suatu energi yang positif dan bisa negatif, tergantung tata-letaknya, sebagaimana ilmu Feng Shui,-

Paris 19 Juni 1999

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.