Bab 132 :
Snapshot Ultah 50 Mas POPO - Bagian Dua - habis

Teman kami Pahlevi itu belum lama ini baru menempati rumah baru. Mereka baru saja berkeluarga, menikah resmi dengan cara Islam, dan memerlukan kedua orangtuanya datang ke Holland. Pahlevi memang mungkin termasuk orang yang beruntung. Menduduki posisi yang baik, bergaji tinggi, punya isteri yang manis dan baik, alim dan sangat cocok sebagai ibu rumahtangga yang ideal. Pada upacara pesta ultah Mas Popo, tampak sekali memang dia punya banyak sahabat dan teman. Orangnya banyak kelakar, termasuk lucu, banyak m embikin orang ketawa. Tapi hari itu ada godaan tertentu. Lucy yang manis dan agak kegenitan itu selalu menggodanya. "Eh, katanya kamu mau istirahat ke Swiss ya? Apa bener? Mbok aku dong yang diajak, kan biasanya kalau di Eropa ini bila istirahat musimpanas bukannya isteri sendiri yang ngintil jadi ekor. Tapi ada yang lain. Kalau kamu seharusnya ada wil, kalau aku sehar usnya ada pil, wanita lain dan pria lain. Nah, kan cocok, aku ada pil, kau pilnya, dan kamu ada wil, aku wilnya. Gimana, aku siap nih", katanya tak segan-segan di depan orang banyak itu.

Tampaknya Lucy ini memang sengaja minta perhatian orang banyak. Dan wajah kerupawanannya cukup memberikan syarat-syarat buat semua itu. Dan kami pada berdiaman mendengarkan entah gurauan biasa entah benar-benar serius. Tapi rasanya dari segi kesopanan per gaulan, tidak seharusnya ngomong begitu. Agak kasar permainannya. Dan isteri Pahlevi yang sibuk di dapur, adalah wanita yang betul-betul rajin bekerja, sangat suka membantu orang lain. Orangnya tidak banyak omong, rendah hati, dan sangat berlainan dengan adat dan kebiasaan suaminya yang selalu menganggap dirinya itu hebat, pintar dan serba tak mau kalah. Nama isterinya Fonda, kelahiran di Belanda tetapi keturunan Jawa. Bahasa Indonesianya bertambah baik, pergaulannya bertambah keindonesiaan. Ada dua wanit a yang kulihat betul-betul sangat rajin bekerja dan sibuk membantu ini itu di dapur. Pertama Fonda ini, dan seorang lagi wanita Pakistan tetangga mbak Ita, bernama Ramayanti. Mereka boleh dikatakan tenaga inti pekerja service dapur selama pesta itu. Dan h ebatnya, samasekali tak tampak wajah kelelahan, capek, dan merengut misalnya. Sangat sulit mendapatkan seseorang bekerja sibuk, lelah letih, tetapi tidak menyalahkan orang lain, atau sambil merengut atau sambil bermuka asam dan bersegi delapan! Dan inilah dua wanita itu, Fonda dan Ramayanti, tanpa merengut, tanpa lelah letih, dan selalu senyum. Dalam hatiku, betapa kami akan beruntungnya kalau dua wanita ini bekerja di resto kami di Paris!

Dulu pernah Nita bercerita padaku ada seorang wanita yang agak cantik tapi genit. Punya soal tertentu dengan suaminya. Lalu minta cerai. Dan katanya, persoalannya lebih banyak dari pihak si wanita yang selalu merasa benar tetapi kenyataannya dari pihak di alah yang memulai gara-gara. Ini semua kata orang luar. Tetapi katanya pula, setelah benar-benar akan maju ke pengadilan, suaminya membelikannya sebuah merci, mercedes benz seri 7. Maka perceraian itu tidak jadi. Karena ternyata suaminya masih mampu kalau hanya mau mobil mewah. Dan aku teringat cerita Nita itu, apakah wanita yang kini ada di hadapanku? Ketika kami pulang ke rumah, masih dalam mobil kutanyakan pada Nita. Katanya memang itulah cerita yang dulu kudengar itu. Dalam hatiku, ya pantaslah, dan s esuailah dengan keadaan dirinya yang agak cantik dan genitnya kagak ketulungan! Dan ngomongnya itu kurang memenuhi pergaulan kesopanan di tengah umum begitu.

Di ruangan depan ketika orang-orang sudah ada yang pulang, Mas Popo menyiapkan perlengkapan karaoke. Orang-orang mengumpul di sekitar karaoke. Berbagai jenis lagu tersedia, dangdut, pop, reggae, dan barat, beeges. Ruangan tengah tetap saja masih ramai. Da n bagian belakang gang tanpa nama sudah menipis, sebab hawa sudah mendingin. Musimpanas kali ini, sangat tidak menyenangkan. Pertengahan bahkan mau akhir Juli, tetap hawanya dingin, rata-rata hanya belasan C. Seorang wanita yang samasekali tak kukenal sib uk menjadi bagian pengangkutan. Mondar-mandir mengangkut berjenis kue, risol, pastel, lempar, rempeyek. Yang dibawa itu tidak hanya dua tiga, tetapi selalu penuh. Dan ini semuanya buat suami dan keluarganya yang duduk di ruangan tengah. Ketika suaminya da n anak-anaknya pindah ke ruangan depan karena mau ada karaoke, lalu makanan itu juga pindah ke depan suami, dan teman-teman suaminya dan keluarga mereka. Mereka mengumpul jadi satu lingkaran keluarga terdekatnya. Dan merupakan pesta tersendiri di dalam pe sta. Banyak mata yang merasa aneh melihat dan memperhatikannya. Terutama kepada wanita bagian pengangkutan buat keluarga terdekatnya itu. Walaupun banyak mata yang merasa aneh melihat peristiwa itu, tertap saja wanita itu tidak perduli dan menganggap sepi orang lain.

Dan ketika karaoke dimulai, suami dan beberapa teman suami wanita itu berebutan memegang mik buat siap menyanyi. Dan mereka menyanyi dengan keras, lantang dan mengikuti lagu-lagu itu. Walaupun suaranya boleh dikatakan di bawah ukuran minimal, mereka tidak perduli. Tetap menyanyi. Dan mungkin merasa nyanyian dan suaranya bagus dan orang lain pada suka. Kalau benar adanya perasaan ini, sangatlah harus dikasihani. Banyak bibir orang agak miring dan mencibir karena memperhatikan tingkah-polah keluarga itu. Su dah makannya seperti orang kelaparan, dan mengangkuti makanan itu sepuas dan semaunya buat kepentingan keluarga terdekatnya, lalu rebutan mik karena mau menyanyi. Anak-anak wanitanya yang berumur belasan menjadi kesatuan lingkaran keluarganya. Mereka hany a bergaul dan bercakap-cakap di kalangan lingkungan mereka saja, tidak dengan orang lain seperti halnya kebanyakan tamu di situ.

Sebenarnya banyak orang dan tamu mengharapkan seseorang akan menyanyi, sebab kebanyakan mereka tahu dan mengenal dengan baik, bahwa ada seseorang yang punya bakat baik dalam perkara tarik-suara. Suaranya bagus dan bahkan pernah mendapat pendidikan khusus buat vokal. Tapi harapan banyak orang ini menjadi kandas karena "penguasaan" mik di tangan orang-orang di kalangan keluarga khusus ini. Terdengar ada bisikan, betapa egoisnya segelintir tamu ini. Apa sih pendidikannya, ada yang bertanya begitu yang tak me merlukan jawaban. Tapi pesta tetap jalan. Dan dapat dikatakan pesta ultah Mas Popo ini, benar-benar meriah, ramai dan penuh kegembiraan. Rumah yang sebenarnya tidak kecil itu, didatangi sekitar seratus orang dengan anak-anak dan bayi, lalu menjadi terlalu kecil.

Dan sebagaimana layaknya sebuah pesta, tidaklah sepantasnya kalau kita mau membagi secara begini begitu menurut kemauan kita sendiri. Harus begini, harus menjadi jalur yang demikian. Semunya bebas dan semuanya terbuka, campurbaur, segala ada, warna-warni, namanya juga pesta! Namun dalam hati, kami mendoakan agar Mas Popo dengan seluruh keluarganya selalu dalam keadaan sehat, gembira dan sejahtera. Kami tahu benar, keluarga Mas Popo adalah keluarga yang baik, sejahtera, dan sungguh banyak teman serta sahab atnya.

Almere - HOLLAND - 27 Juli 2000

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.