Bab 126 :
Lurah Data

Nama Pak Lurah ini, kami panggil Lurah Date. Karena bahasa Belitung sama dengan bahasa Melayu Riau, bila kata yang diujungnya ada huruf a, maka akan disebut menjadi e. Misalnya kemana, akan dibaca kemane, mengapa menjadi mengape, bagaimana menjadi bagaimane, maka Pak Lurah yang namanya ditulis Data itu selalu kami sebut Pak Lurah Date.

Kelurahannya agak jauh dari ibukota Tanjungpandan, agak kepedalaman di sebelah Timur mendekati pantai. Lurah Data sudah beberapa periode selalu menjadi lurah, entah terpilih ataupun ditetapkan, atau sudah begitu saja adanya. Orang kampung kami mana pula akan perduli harus dipilih secara adil atau yang kini namanya transparanlah, entah apalah, pokoknya dia, Pak Lurah Data jadi lurah lagilah, habis perkara. Ini ketika itu, jauh sebelum zaman tahun 50-an dan sesudahnya. Ada yang menjadi perbandingan bagi kami antara lurah-lurah di kabupaten kami. Lurah Data ini sangat kaya, dan sangat kuasa, dan semua anak-anaknya juga kayaraya. Bagaimana kekayaannya itu? Kekayaannya melebihi camat bahkan wedana, bahkan lebih dari bupati. Dan juga kekuasaannya sulit ditembus. Para polisi dan tentara di daerah itu tidak berani menggubris hak dan kekuasaannya.

Rumahnya terletak di atas bukit, dan dari bukit yang bagaikan khusus hanya buat menenggerkan rumah yang sudah bagaikan istana itu, terjaga dengan aman. Banyak penjaganya berupa orang, yang kalau zaman sekarang mungkin hansip, dan juga terjaga oleh beberapa ekor anjing. Kata orang anjingnya ini namanya herder, dan sangat galak. Makanan dan perawatan buat anjingnya, kata orang, melebihi pengeluaran ongkos buat para penjaga yang terdiri dari orang itu. Dulu memang ada orang-orang masih suka dan mencintai Pak Lurah Data ini. Tetapi setelah dia berbuat banyak kejahatan dan penipuan, bahkan anak-anaknya diam-diam juga menjadi kepala rampok, kepala perusahaan, dan kepala banyak bagian usaha-usaha perdagangan, maka orang-orang samasekali tidak lagi menyukainya. Bahkan lebih banyak yang membencinya. Tetapi rasa takut dan bahkan rasa ngeri, membikin banyak orang diam saja, masakbodo Pak Lurah-lah.

Banyak kejadian, ada orang-orang benci kepadanya dan ada usaha buat menjatuhkannya, dan ketahuan oleh Pak Lurah. Orang-orang itu beberapa hari hilang, ada yang mengatakan terbunuh, tetapi tak seorangpun menemui mayatnya. Ada orang yang tahu akan perbuatan Pak Lurah ini, tetapi tak seorangpun yang berani buka mulut. Mereka lebih baik diam saja, daripada hilang kepala dan hilang anggota keluarganya. Mau mengadu, mengadu kemana, semua aparat polisi dan tentara saja tak berani mengusut dia. Darimana lalu kekayaannya dan kekuasaannya itu? Dia memajaki dan memotong pendapatan, dan juga menjatuhkan semacam cukai bagi siapa saja yang berusaha di daerah kekuasaannya. Ada petani lada yang akan segera panen berlimpah. Pak Lurah sudah siap mendatanginya buat mencukai dan memotong pendapatannya dan mendapat bagian dari para petani lada itu. Pendapatan Lurah Data terkadang jauh lebih banyak daripada para petani yang berusaha dengan keringat dan tenaganya sendiri. Juga kaum nelayannya, baik juiragannya maupun pekerja-nelayannya, harus menyerahkan setoran yang hampir separonya, padahal samasekali tak mengeluarkan modal dan tenaga.

Kekayaan dan kekuasaan Pak Lurah Data ini bagaikan merambat, melebar, meluas, melebihi daerah kelurahannya sendiri. Orang-orang pada heran, tetapi hanya sebatas heran saja, mau apa lalu? Orang-orang hanya ngomel, nggerundel dan marah di dalam saja, tetapi tak terkeluarkan karena takut. Sedikit saja dikeluarkan, lalu ketahuan dan sampai ke Lurah, maka alamat orang itu akan segera hilang dari peredaran kampung itu. Kata orang, mata-mata Lurah itu amat banyak. Karena itu orang-orang diam saja. Sebatas ngomel, nggerundel, marah, dongkol, dan hanya itu-itu saja.

Anak-anaknya tak seorangpun yang menjadi pejabat pemerintahan, tetapi kayarayanya, dan kekuasaannya melebihi pejabat resmi pemerintahan. Jabatannya hanya sebagai anak Lurah Data saja, hanya itu. Tapi dengan atas nama anaknya Pak Lurah Data saja, mereka bisa berbuat apa saja. Tak satupun perusahaan dan badan-badan-dagang yang tak dikuasainya atau paling sedikit mereka punya saham yang paling menentukan jalannya perusahaan. Tak seorangpun berani yang menolak kalau ada diantara mereka yang mau duduk sebagai pimpinan atau pemegang saham. Maka menjadi kerajaan Lurah Data-lah kabupaten Belitung itu pada zaman itu.

Tak berapa lama isteri Pak Lurah meninggal. Kata orang karena melerai perkelahian dua anaknya yang memperebutkan harta. Ketika melerainya karena dua anaknya bertikaman dengan keris pusaka nenek-moyangnya yang bernama Kyai Jagat, maka terkenalah ibu mereka. Dan meninggal akibat terkena keris pusaka itu. Kata orang sejak itulah pamor kekuasaan dan kekayaan Pak Lurah Data menjadi kian merosot. Dan lalu orang-orang sudah mulai berani buka mulut, dan berani mulai menghujat. Lurah Data tahu akan hal ini. Tetapi dia sendiri kian lama kian terasa, bahwa dirinya disamping semakin tidak seperti dulu hebatnya, lalu kesehatannyapun merosot tajam. Sudah kena serangan jantung, sudah hampir lumpuh, dan umurnyapun ketika itu sudah diujung senja. Orang-orang sudah mulai dan berani menghitung-hitung, kira-kira kapan Lurah ini akan mati. Sudah banyak orang tahu, bahwa dia sudah sedikit mulai pikun, mulai ada kelumpuhan, mulai agak tuli, dan bahkan ada orang mengatakan sudah ada gejala gila.

Ketika itu katanya umur Lurah sudah mau mendekati 80, dia lahir pada tanggal 8 Juni tahun 1860. Tapi walaupun sudah banyak jenis penyakitnya, dan sudah hampir pikun, sudah kena kelumpuhan, dan sudah sering-sering duduk-duduk saja bengong, tak kelihatan tanda-tanda mau matinya. Terkadang bahkan seolah-olah masih tetap sehat. Karena itu tidak sedikit orang-orang mengatakan bahwa Lurah itu bohong dengan penyakitnya. Dia pura-pura sakit saja, karena takut diperiksa oleh Bupati yang sudah agak berani ini. Dalam pada itu banyak juga orang melihatnya, bahwa benar-benar Lurah Data itu menderita sakit. Terkadang tampak nyeri, dan perih. Tetapi entah apanya yang sakit dan perih nyeri itu.

Tabib-tabib, dukun-dukun sudah diundang datang buat mengobati, bahkan juga para dokter-barat juga katanya banyak yang sudah menggelengkan kepala. Kenapa? Katanya ada yang mengatakan, sebenarnya Lurah ini sebenarnya sudah seharusnya mati, tapi mereka heran, kok belum-belum juga mati. Ada "orangpintar" yang ternama dan terjitu ramalannya, yang mengatakan bahwa Lurah Data ini akan sangat lama tersiksa, dan menderita sakitnya sebelum mati. Katanya dulunya ketika masih jaya-jayanya, ada seorang dukun yang dimintanya buat memasang susuk intanberlian dan emas-murni, agar dia tetap kayaraya berkuasa dan panjang-umur. Dan kalau dia sakitan dan akan mati, susuk itu perlu dicabut dulu, dan yang mencabutnya itu adalah dukun yang memasangnya dulu itu. Kalau tidak, dia akan lama menderitanya dan tersiksanya. Dan sayangnya, kata orang-orang banyak itu, dukun yang memasangnya dulu itu sudah lama meninggalnya! Jadi dan lalu bagaimana? Kata orang, Pak Lurah Data sebelum meninggalnya akan lama pula tersiksa dan menderitanya. Tapi kata orang pula, tak apalah semua itu tokh karena perbuatannya sendiri juga. Dan lagi kata orang-orang itu, sudah terlalu banyak dia berbuat dosa dan menyiksa dan menipu rakyat yang dibawah kekuasaannya. Entah benar entah tidak, Lurah Data yang lahirnya tanggal 6 Juni 1860 itu sampai kini belum mati. Betapa lamanya dia tersiksa dan menderita, dan betapa banyak orang menunggu kabar kapan dia akan mati,-

Paris 12 Juli 2000,-

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.