Bab 107 :
Dr. Isabelle Liauw,- Bagian Satu

Mula kami kenal namanya Liauw, dokter Liauw. Ketika itu dia satu kelas dengan Bregas, menantuku, sama-sama belajar Bahasa Perancis yang diadakan oleh kotapraja di kota kami. Bregas cerita kepada kami di rumah, bahwa dia punya teman yang orang Tiongkok di kelasnya, yang belum bisa banyak berbahasa Perancis. Dan dia ini dokter baru datang dari Cina, Tientsin, tak jauh dari Beijing. Nita, isteri Bregas minta agar Bregas mengundangnya datang ke rumah, buat berkenalan, karena sama-sama datang dari Cina. Dan Nita tentu saja akan senang langsung berbahasa Cina dengannya, dan kukira apalagi bagi dokter Liauw.

Maka datanglah Liauw ke rumah kami. Begitu bertemu Nita, ramailah rumah itu dengan bahasa Cina, yang aku juga turut di dalamnya. Sekarang yang terdiam membisu adalah Bregas dan Berry, sebab mereka tidak mengerti bahasa Cina. Dan sejak itulah mulainya perkenalan kami dengan Liauw. Ketika itu dilihatnya Berry yan baru berumur satu tahun lebih, selalu ingusan meleler. Liauw menawarkan buat mengobatinya secara tusukjarum. Nita setuju, dan sejak itulah Liauw sering ke rumah kami. Sebenarnya aku tidak begitu setuju Liauw tusukjarum kepada Berry, terlalu kecil, dan Berry terlalu kurus. Aku kuatir kena tulangnya karena kurusnya. Tetapi karena Nita setuju, yang ibu Berry sendiri, aku mengalah.

Tapi ternyata efeknya baik, dan melernya menjadi berkurang. Kami semua merasa gembira akan hasil pengobatan tusukjarumnya ini. Ketika itu kami bayar 80 francs setiap kali tusuk, yang kalau orang lain, selalu 100 francs. Rupanya cerita akan menjadi panjang dan lama, sebab aku juga kena kambuh sakit gout-ku, sakit asam-uarat yang gawat. Kakiku dekat jari-jari kaki bengkak, sakit dan menghitam. Dokter Liauw melihat kakiku ini, tampak sangat cemas, dan agak tidak tenang. Katanya aku harus berobat secepatnya dan dianjurkannya agar mau tusukjarum. Lalu aku setuju saja, dan sejak itupula aku menjadi pasiennya sampai kini. Ini terjadi tahun 1997.

Ketika kakiku itu berangsur sembuh berkat pengobatan tusukjarum itu, barulah Liauw merasa senang dan plong, lepas bebannya. Sebab katanya keadaan kakiku kalau sekiranya ke dokter-barat, besar kemungkinan harus diamputasi. Tetapi "ketika itu tidak saya katakan kepadamu. Aku kuatir kau akan kaget dan menolak buat operasi kakimu. Sebab sesudah itu kau akan pakai kruk ke mana-mana", demikian kata Liauw. Dan apa kata Liauw memang banyak buktinya dan aku sendiri mengerti dan tahu, sebab aku juga banyak mengerti persoalan penyakit dan juga pernah praktek tusukjarum sebagai dokter-telanjang-kaki*, selama tahun 1970 sampai dengan 1982,-

Dan sejak itupula Liauw selalu ke rumahku buat membehandel semua penyakitku, tidak hanya soal kaki dulu itu. Karena penyakitku ini banyak, maka dia dengan sistim babat-habis. Apa artinya? Babat semua penyakit yang mau mendominasi diri. Karenanya banyak sekali jarum yang ditusukkan padaku. Biasanya kalau hanya satu penyakit saja, hanya beberapa jarum, difokuskan. Paling-paling 6 a 7 jarum, atau paling banyak 10 jarum. Tetapi dia mengobati penyakitku, buat menyembuhkan gout, asam-urat, prostat, diabete, hypertensi, dan lain, dan lain,- Maka habislah itu daerah perut dan kaki, sampai ubun-ubun kepala, penuh jarum. Ada 30 jarum. Dan kebanyakan titik-tusuknya aku tahu dan pernah kulakukan dalam praktek.

Ada satu hal yang selalu menjadi "percekcokan dan perdebatan kecil" antara aku dan dokter Liauw. Dia ini kukira kurang teliti, kurang bersih dan hati-hati. Tidak hanya satu-dua-tiga kali dia lupa mencabut jarum yang sedang menancap di tubuhku! Terkadang di kaki masih ada dua jarum, terkadang yang di kepala lupa dicabut. "Siao Liauw, kamu selalu harus menghitung semua jarum itu. Tadinya berapa jarum kau benamkan, dan ketika dicabut, berapa batang yang harus kau cabut, dan harus cocok, harus sama. Kalau ketika mula kau tanamkan 30 jarum, maka kembalinya juga harus 30 jarum. Kalau kurang dari itu, pastilah ada jarum yang tertinggal. Persoalan ini sebenarnya sangat sederhan. Tapi kamu malas menghitungnya. Dan hal begini, kamu sebagai dokter tidak korek. Dan kalau kau sering melakukan kesalahan begini, maka kau akan segera dipecat kalau kau bekerja di rumahsakit di Paris ini"!,-kataku agak keras karena kedongkolanku memuncak.

Tadinya ada terpikir olehku bahwa aku mau berhenti saja tusukjarum ini. Sebenarnya bagiku sangat berat, harus mengeluarkan uang sekali tusuk 100 francs. Seminggu dua kali, satu bulan 8 kali atau 9 kali. Itu artinya harus mengeluarkan uang 800 sampai 900 francs satu bulan. Buatku cukup berat. Aku diberi kesempatan bekerja di resto dua kali dalam satu minggu. Gaji satu bulan itu hanya cukup buat beli tiket ke Holland dan bayar tusukjarum itu saja. Pas dan habis, hanya buat dua macam itulah aku bekerja setiap bulan di resto yang aku sendiri salah seorang pendirinya. Apaboleh buat. Mau berhenti tusukjarum, ada rasa sayang. Karena sebenarnya aku tinggal terima bersih saja. Sebab dokter Liauw akan selalu mencariku, datang ke rumah, dan sebelumnya menilpun secara baik-baik. "Bagaimana Senen depan, apakah kau bisa? Atau jadwalmu kerja di resto? Kalau tidak bisa, kita ganti hari lain, sampai kau leluasa menentukan jadwalnya", begitu selalu kata dokter Liauw.

Kalau kupikir-pikir bukankah sangat baik dokter ini? Dia menanyakan, dia menawarkan, dan dia sungguh-sungguh mengobatiku, mencariku. Sedangkan aku hanya tinggal "pasang badan" saja, menerima benaman jarum-jarum itu. Dan lagi tusukjarum itu tak ada efek jeleknya, paling-paling secara psychologis ada yang ketagihan. Dalam hal ini aku memahami diriku sendiri. Aku merasa kasihan kepada dokter Isabelle ini, dan lagi menurut pengalamanku selama ini, memang ada efek baiknya, tak ada efek jeleknya. Dia jauh-jauh praktek menusuki begitu jauh jarak antara pasiennya. Yang satu di Barat, yang satu lagi di Timur, lalu menuju ke Tenggara lagi, lalu kembali ke Selatan. Karena itu dia berangkat dari rumah pada jam 08.°° dan sampai ke rumahnya kembali sesudah jam 23.°°. Ini karena banyak buang waktu karena transportasi yang berjauhan, disebabkan jarak rumah antara pasiennya bersebaran jauh di pinggiran kota Paris. Dan karena itu dia membeli tiket cart*orange dengan jarak 5 zone, sudah jauh ke luar kota Paris, antara ujung ke ujung yang lain lebih dari 60 km. Artinya dia harus keluar uang setiap bulan sejumlah 500 sampai 600 francs.

Dan dia juga kuliah 4 kali dalam satu minggu secara privat, buat maju pada ujian mengambil diploma Perancis. Dengan demikian, kalau dia lulus dan ada kesempatan praktek resmi, dia mendapat izin praktek resmi, dan mungkin saja akan banyak memetik hasil keuangan. Tetapi bukan itu benar yang dia cari. Dia sangat mencintai ilmunya, faknya. Kalau di Tientsin, dekat Beijing itu, dia memang bekerja di sebuah rumahsakit, sebagai dokter senior dan akhli akupungtur.

Dan lagi yang aku senangi padanya, dia tidak marah kalau kuberi pendapat dan kukritik dan sangat memperhatikan kesehatanku. Selalu cerewet kalau aku dilihatnya sedikit saja kaki membengkak. "Ingat, ingatlah, kalau kau begitu datang dari Holland, selalu saja kakimu bengkak. Karena makanmu tidak disiplin. Pastilah di rumah Nita-Bregas kau makan lupa daratan! Itulah sebabnya kalau kau selalu ke Holland, aku selalu saja ketar-ketir akan kesehatanmu. Ayo kau bilang kau sudah makan apa saja!", katanya dengan tidak ramah. Aku diam saja dan agak menunduk, sebab memang apa yang dikatakannya memang benar.

"Ya, kan hanya makan gulai kambing",- kataku. "Lalu apalagi, sebutkan", katanya mendesak. "Pernah kami makan sea-food, udang dan kepiting ketika merayakan ulangtahun temannya Nita-Bregas", kataku lagi mengaku tidak bisa berbohong. Dan dokter Liauw menggelengkan kepalanya berkali-kali sambil meletikkan lidahnya berkata "cek, cek, cek........berkali-kali. Lagi-lagi aku ketangkap basah karena tidak disiplin terhadap dirisendiri.

Nah, apakah aku akan "memecatnya" dengan menghentikan pengobatan tusukjarum ini, karena alasan mahal dan tak punya uang? Padahal kalau dokter lain dengan begitu banyak jarum dan membabat penyakit, paling sedikit aku harus membayar 250 samapi 300 francs. Perkara ini yang menjadikan aku bimbang menerawang. Okeylah soal uang, aku harus mencarinya dan mengusahakannya. Yang penting yalah kesehatanku, dan juga aku mau bersahabat dengan dokter Isabelle ini, yang sudah begitu baik selama tiga tahun ini,- *= dokter telanjang kaki, dokter praktek bukan karena sekolah kedokteran, biasanya di desa-desa di Tiongkok.

Paris 2 Juni 2000

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.