Bab 20 :
Madame Eliane Albert


Ada tiga pengetahuan praktis yang kurasakan banyak gunanya yang kudapatkan
selama 18 tahun di Cina.
Pertama tentang Tusukjarum (akupungtur). Kedua tentang Taichichuan,
silat-sehat. Ketiga tentang Feng-shui, ilmu tentang-letak, berdasarkan
mata-angin dan sumber-air. Tiga pengetahuan praktis ini kurasakan cukup
banyak gunanya. Selama mula-mula kami tinggal di Perancis, kami ditempatkan
di sebuah kota kecil bernama Lure, ratusan kilometer jauhnya dari Paris.
Letaknya di bagian Perancis Timur, tak jauh dari per-
batasan Suisse. Di Lure, kami mempelajari bahasa Perancis untuk selama 6
sampai 8 bulan, lalu dilepas untuk kemudian mencari kehidupan sendiri. Ini
sebagai peraturan bagi semua pendatang-baru yang kira-kira akan tinggal di
Perancis, mendapat perlindungan kehidupan dari pemerintah Perancis. Jadi
setiap hari tugas kami yalah belajar bahasa Perancis, biasanya pagi hari
atau sore hari. Kalau dinasnya pagi hari, maka
sore harinya aku menggunakan waktuku untuk tusukjarum. Karena penghuni
asrama kami itu semuanya bernasib sama, yaitu sama-sama refugie, pengungsi
politik, tentulah bagi mereka tidak bayar. Sama-sama miskin, tak punya
uang.

Setiap hari ada-ada saja yang minta pengobatan tusukjarum, atau pijat atau
pemeriksaan darah, dengan
tensi-meter. Praktek tusukjarum sudah kumulai sejak di Tiongkok. Dan
penyakitnya juga bermacam.Ta-
pi pada umumnya yang berhubungan dengan syaraf, bukan karena bakteri,
kuman, microbe. Misalnya ada yang minta tusukjarum karena, setelah
kuperiksa, ternyata kena Vietnam-rose, penyakit-kotor, sipilis
yang sangat berbahaya. Dan kuanjurkan agar ke dokter, walaupun dia sangat
malu.

Karena aku dikenal sebagai "Papa dokter" tanpa bayar dan gratis, maka siapa
saja yang berobat tusukjarum, lalu menganggap secara otomatis adalah
gratis. Padahal sebenarnya bukan begitu. Banyak sekali orang-orang dari
kota lain yang berdekatan dengan kota kami yang datang dengan kendaraan
pribadinya ke asrama kami, buat cari "Papa dokter". Dan mereka antri setiap
hari Sabtu dan Minggu buat keperluan tusukjarum. Terpaksa aku "mengangkat
sekretaris atau pembantuku" yaitu anakku sendiri, Ina. Dia mengurus
pembukuan, mencatat, sudah berapa kali, atau kapan lagi giliran yang akan
datangnya, dan apa penyakitnya, serta titik apa yang harus ditusuk.
Sebenarnya dalam hati ini, kalau orang luar, apalagi yang sudah mapan,
kerja-tetap, mbok bayarlah seberapa bisanya. Aku kan perlu uang juga!
Tetapi perasaan hati ini, tak sampai bisa dan sanggup mengemukakannya
secara terang-terangan. Lagipula cukup berbahaya, karena bisa dianggap
praktek-gekap, lalu bisa ditangkap! Aku tidak punya diploma kedokteran,
bisa dianggap melanggar undang-undang. Jadi sudah dikenal oleh semua
pasienku yang datang dari kota-kota Vesoul, Belfort, Mulhouse, sebagai
pengobatan gratis. Yah, marah dan kecewa sih tidak, tetapi ada perasaan,
kok orang-orang kaya seperti mereka turut-turut tidak bayar.

Karena pengobatan tusukjarum ini semakin lama semakin meluas, maka aku
harus benar-benar memper-
siapkan diri buat sungguh-sunggu belajar lagi tentang pengetahuan
kedokteran. Buku-bukunya yang penting dan yang berhubungan dengan pelajaran
tusukjarum memang kubawa serta, sedangkan sebagiannya adalah peninggalan
dari isteriku almarhum. Kebetulan dia juga seorang geneacoloog-chirurgian,
akhli bedah-kewanitaan ketika di Cina dulu itu. Jadi dari diapun banyak
yang kudapatkan tentang masalah pelajaran tusukjarum ini. Maka menjadi
gandalah pelajaranku, harus belajar bahasa Perancis dan harus buka-buka
buku tentang pengobatan tusukjarum. Dan sibuklah aku dibuatnya.

Karena pekerjaan ini menyangkut manusia, pastilah harus berhubungan dengan
orang. Karena itu aku jadi banyak punya teman. Ada temanku namanya Antoin,
peranakan Kamboja, bekas tentara. Tentara kolonial Perancis dulu ketika
masih menguasai Indo-Cina. Dia ini menjadi guru karate, juga pelatih
anggota tentara di Mulhouse, dekat perbatasan Suisse. Antoin mula-mula
datang berobat, minta tusukjarum, karena sakitnya syaraf-mulut. Mulutnya itu
menyong, miring, tak sedap dipandang, tidak simetris. Lalu kuusahakan
mengobatinya, dipadukan dengan urut. Ada beberapa minggu dia datang, bahkan
sampai sebulan lebih. Tetapi karena penyakitnya ini sudah sangat lama,
bertahun-tahun, maka agak lambat efeknya. Tetapi dia merasakan ada
faedahnya, ada efek baiknya. Padahal dari tempatnya itu ke asrama kami, dia
harus nyetir mobil hampir 200 km.

Sampai sekarang sejak tahun 1982 itu, aku tetap tak mengerti kenapa Antoin
begitu baik kepada keluarga kami. Kami pernah menginap beberapa hari di
rumahnya. Waktu itu dia banyak cerita tentang banyak hal kepadaku. Ada
masalah keluarga. Dia ingin menceraikan isterinya dan ingin kawin lagi.
Padahal ada tiga anaknya yang lucu-lucu, dan cukup cerdas. Aku sangat
menyayangkan kalau dia sampai jadi menceraikan isterinya, apalagi setelah
aku tahu, calon simpanannya itu, agaknya kurang dari isterinya yang
sekarang ini. Dan aku dengan hati yang tulus dan dengan sepenuh hati dan
penuh harapan, agar dia jangan sampai menceraikan isterinya ini, paling
tidak, berpikirlah lagi baik-baik, tenang-tenang. Karena kulihat apa salah
isterinya. Isterinya sangat baik, sangat dicintai anak-anaknya, dan penuh
tanggugjawab, dan dengan sangat baik juga merawat suaminya, si Antoin
"menyong" ini, - demikian kemarahanku dalam hati kepada Antoin. Tak
kusangka, setelah kunasehati baik-baik dan pelan-pelan bagaikan momong
anak, dan teman yang sedang sangat bimbang, Antoin menangis dan memelukku.
Kukatakan " kau akal-akalan saja karena mau mengawini si Maria yang masih
muda jelita itu, ngaku deh. Kau sangat terpikat sama anak Portugis satu
itu, ya nggak?!", kataku setengah mengganggunya. Dan Antoin secara
pelan-pelan
melepaskan niatnya itu. Dan sementara ini selamatlah seisi keluarga Antoin.

Suatu kali, dengan tergesa-gesa datanglah Antoin ke asrama kami. Dia
mengabarkan, dan mengharapkan
agar aku ikut dengannya ke Mulhouse. Ada orang yang harus diobati, katanya
temannya sendiri. Kuta-
nyakan siapa. Dan dia menjawab :
"Madame Albert".
"Siapa itu Madame Albert?"
"Dia isteri kepala-polisi di Mulhouse, temanku. Sudah tak usah kuatirlah",
katanya.
Mendengar nama isteri kepala-polisi, agak gemetar juga badanku, malah
setengah ketakutan. Betul-betul Antoin ini tidak mengerti persoalan. Aku
ini kan setengah praktek gelap walaupun tanpa bayar, apakah dia tak punya
perhitungan bahwa atas nama undang-undang aku bisa masuk penjara. Namun
Antoine berpendapat lain, dia dengan keras minta agar aku ikut dengannya.
Tuan dan Madame Albert menunggu-
ku menurut Antoin. Okey lah kuikuti Antoin.

Sesampainya di Mulhouse, kami memang sudah ditunggu kedua pasangan itu. Aku
bagaimanapun tetap dalam keadaan kuatir dan takut. Ini bisa menjadi skandal
praktek-gelap. Dan bisa masuk perangkap dan langsung ke penjara. Sialnya,
yang mau diobati itu justru isteri kepala-polisi setempat, ini benar-benar
suatu kejadian gila dalam hidupku! Barangkali siapapun akan tahu dan
melihat bahwa aku ini dalam keragu-raguan, takut dan cemas. Dan untungnya
kedua pasangan itu tampaknya agak ramah. Dan mereka menanyakan asal-usulku,
darimana dulunya, bagaimana kok bisa sampai di Perancis ini. Aku ingat
ketika aku mula-mula datang di lapanganterbang Paris dulu itu, tanggal 23
Desembetr 1981, - aku diinterogasi polisi bandar-udara. Dan aku sudah
dipesan oleh banyak teman, agar jangan bohong, berterusteranglah,
ceritakan apa adanya. Dan ketika itu memang benar, pada akhirnya kami
sekeluarga dilindungi, dijamin kehidupannya selama belum bisa bekerja
sendiri. Tetapi ini, polisi lain, polisi yang tak ada hubungan dengan kaum
pelarian politik, dan juga karena mau berobat tusukjarum.

Tapi sebagaimana kebiasaanku, dalam masa sulit begini, aku selalu berdoa
dalam hati, agar Tuhan melin-
dungiku agar Tuhan selalu menyertaiku, menemaniku. Dan percakapan menjadi
ringan dan agak bersahabat. Kutanyakan apa sakitnya. Madame Albert
menyebutkan, dia pernah jatuh ketika sedang main tenis, dan jatuhnya tidak
bisa mengendalikan gerak yang harmonis, sehingga dia agak terhempas. Dan
sejak itulah ada soal tentang buang-air-kecilnya. Sangat sulit dan tidak
lancar, selalu merasa masih mau kencing, tetapi yang keluarnya sangat
sedikit, tidak tuntas. Kutanyakan apakah sudah periksa dokter, dan apakah
sudah minum obat dari dokter. Semua dijawabnya sudah, tetapi belum sembuh,
dan mereka mengatakan, tidak baik terlalu banyak minum obat dokter-barat,
banyak zat kimianya. Pendapat begini, banyak sekali dikemukakan orang
Perancis. Mereka selalu saja mau yang natural, bebas kimia, bebas
obat-obatan. Baik sih baik juga, tetapi harus lihat masalahnya per kasus.

Hari itu baru kuperiksa saja, belum mulai kuobati, baru menanyakan sejarah
penyakitnya dan rasa badannya setelah minum obat dari dokter itu. Dan
kukatakan apakah bersedia tusukjarum yang titiknya
mungkin mereka tidak setuju atau punya pendapat. Sebenarnya mengapa aku
tanyakan hal beginian, ka-
rena aku tahu di titik-tusuk mana yang harus kuobati. Aku menjadi takut dan
was-was, sebab titik-tusuk itu sama dengan titik-tusuk yang penyakitnya
berlawanan. Misalnya sakit suka-kencing, beser kata orang,
sering-kencing, tidak bisa kencing, mampet, tidak lancar, semua
titik-tusuknya sama, namanya guanyuan.
Juga titik-tusuk ini untuk mengobati penyakit impoten, dan juga karena
terlalu besar nafsu-sahwatnya, sehingga sulit dikendalikan, titik-tusuknya
sama. Karena tusukjarum sebenarnya adalah untuk menetralisir satu penyakit
dengan penyakit yang berlawanan, ini antara lain. Penyakit darah-tinggi
dengan penyakit darah-rendah pada umumnya titiktusuknya sama. Dia, jarum
itu akan menetralisir kekurang-seimbangan
dalam tubuh kita.

Dan kenapa kutanyakan pertanyaan bodoh tadi itu? Karena aku sebenarnya
takut dan ragu-ragu apakah mereka percaya dengan kemampuan pengobatan
tusukjarum ini, dan termasuk kepadaku secara pribadi. Dan ini jangan
main-main, yang diobati ini adalah isteri kepala-polisi setempat! Inilah
sebenarnya ganjelan pokok dalam pikiranku saat itu. Sesampainya di rumah
Antoin, aku memerlukan berunding dengan Antoin teman baikku itu. Dan dia
tetap dengan bersemangat agar aku mengobatinya, jangan ragu-ragu, mereka
percaya padaku, demikian Antoin. Hari itu dan beberapa hari aku terpaksa
harus menginap di rumah Antoin, untuk bisa mengobati Madame Albert.-

Paris 21 April 1999

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.