Sugesti Meluncur

                              Kini aku mulai belajar membebaskan pikiran — bahkan
hatiku — dari rasa takut: kemualan pada segelas susu
                              yang kuminum tadi pagi, atau hanya sisa pahit
puntung rokok yang kuhisap kemarin; namun anehnya,
                              banyak di antara kita tak lagi perduli pada
keseharian yang pahit, kita menjadi subyek kosong
                              yang melunucur di lorong-lorong: gelap dan tak
bernama! Meluncur dan terus meluncur, melewati
                              kebekuan menhir-menhir purba, tembok besar Cina,
batu hitam Hadjar Aswad, arca-arca Budha, atau
                              patung kebebasan Amerika, ooo!, mungkin aku hanya
meluncur di bawah awan-awan asing tak kukenal;
                              daun-daun gugur dari mataku, akar kekekalan menjalar
di batinku, sesaat pijar kekauan mengumpal jadi
                              bara api, waktu yang semakin kehilangan detiknya:
meluncur dan terus meluncur, tanpa perhentian! Hanya
                              sebuah cerita tentang kearifan, atau angka-angka
yang mencari batas geraknya, limit dari keharuan!,
                              ooo!, kini sukmaku meluncur dalam ruang-ruang hening,
gerak pikiran yang tak henti-hentinya, tanpa awal
                              dan akhir, tanpa apa dan siapa, meluncur dalam
sebuah drama: tanpa aktor ternama, tanpa sutradara
                              yang kejam, tanpa monolog yang dipaksakan oleh
naskah yang tak pernah ada; hanya semacam
                              peluncuran dalam logika benda-benda: di sini,
di kini, di panggung waktu yang tak bisa abadi.

Daftar Isi


© Ahmad Yulden Erwin. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.