Ini kami kirimkan puisi perlawanan buatmu, sebagai tanda bahwa kami bukan bangsa
yang bisa kauinjak seenak maumu. Jangan kau pikir bahwa kami akan tetap diam
saja, saat dengan keji kau bombardir kami dengan milyaran dollar hutang dan
mitos-mitos ekonomi. Mungkin kau berpikir dengan logikamu yang lurus dan linier
itu, bahwa kami akan datang dengan wajah malu-malu, lantas menghiba pada kuasa
kapitalmu, astaga!, kaupikir kami bangsa kecoak, kaupikir kami akan terus-terusan
bergantung pada kotoran, pada kerakusan dan ampas produksimu, tidak!, suatu
saat kami akan bergerak, kami akan bangkit dan memberontak!
Ini kami kirimkan puisi perlawanan buatmu, sebagai tanda bahwa kami bukan bangsa
kacangan, kami punya harga diri sebagai bagian dari umat manusia yang berevolusi,
kami punya hak untuk menentukan nasib dan keinginan kami, cukup!, jangan lagi
kauracuni pikiran kami dengan berbagai teori tentang kemajuan industri, yang
justru akhirnya terbukti makin memiskinkan rakyat kami. Apa kaupikir kami cuma
setitik debu yang mengotori rumah kacamu? Apa kaukira kami bukan manusia? Apa
kauanggap kami hanya sekedar hewan pemangsa? Apa kebenaran cuma milik orang-orang
kaya?
Tunggu saja, wahai tanah utara, tunggu saja! Suatu masa, ketika kalian terlena
oleh derai-derai cemara, ketika kalian beranggapan bahwa Tuhan cuma ilusi yang
bisa dikloning sebagai kambing atau kera, maka kami akan datang dengan berjuta
topan dan badai, akan kami hancurkan seluruh mimpi-mimpi busuk kalian pada imprealisme
dan penjajahan, akan kami bongkar bangun-bangun modernisme yang kalian banggakan,
akan kami buktikan bahwa hidup bukan cuma kehendak untuk berkuasa, namun juga
hak untuk mendapatkan keadilan, hak untuk mendapatkan persamaan, dengarkan wahai
tanah utara, kini kalian cuma punya dua pilihan: hidup bersama cinta atau hancur
oleh senjata!
© Ahmad
Yulden Erwin. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.