1
Menderu. Menderu. Menderu
Heya! Berhembuslah wahai angin selatan, berhembuslah selalu dalam kebebasan:
melintasi hutan-hutan rimba, melintasi padang-padang terbuka, melintasi ladang-ladang
berbunga, melintasi kota-kota menyala, melintasi desa-desa jelata.
Inilah angin selatan: angin yang membelai pucuk-pucuk merbau dan bunga akasia,
angin yang membelai anggrek bulan dan daun-daun kenanga, angin yang mendekap
keindahan hutan-hutan basah tropika.
Inilah angin selatan: jangan katakan ia pemalas dan pemalu, dalam ketenangannya
ada topan sedia menderu. Jangan katakan ia pengkhayal dan penipu, dalam ketenangannya
ada semangat berkobar tak jemu.
Inilah angin selatan: angin yang membawa wangi cendana, harum melati, dan ketegaran
pohon-pohon jati. Ya, inilah angin selatan: angin yang berhembus dalam kebebasan
dan penindasan.
2
Heya! Berhembuslah wahai angin selatan, berhembuslah selalu dalam kedamaian,
dalam gairah untuk menegakkan keadilan.
Kabarkan kepada angin utara, kabarkan tentang semangat dam gairah hidup yang
terus berdegup di tanah-tanah selatan, tanah bekas jajahan, tanah buangan, tanah
tempat mimpi bisa tumbuh dengan sempurna, tanah tempat kaum miskin dan terhina
bisa tersenyum dan berpura-pura bahagia, tanah tempat kaum terluka garang meneriakkan
merdeka, tanah tempat para penipu bebas menjual kata: "Kita bisa jadi lebih
kaya, daripada negara-negara utara."
Inilah angin selatan: angin yang membawa derita orang-orang selatan, derita
orang-orang kehilangan: kehilangan nilai-nilai hidupnya, kehilangan kesempatan
kerja, kehilangan para pemimpin yang bijaksana, kehilangan ladang-ladang berbunga,
kehilangan pohon-pohon perkasa, kehilangan hutan-hutan rimba, bahkan kini mereka
pun telah kehilangan airmatanya. Tidak! Jangan katakan mereka pengecut, mereka
bukan penakut, mereka cuma orang-orang kalah, namun mereka tak pernah menyerah:
Lihatlah! Saat berduka, mereka masih bisa sekedar tertawa.
Heya! Berhembuslah wahai angin selatan, berhembuslah selalu dalam kedamaian,
dalam gairah untuk menegakkan keadilan.
3
Heya! Heya! Heya!
Menderulah angin selatan, menderulah dalam kebenaran, jangan berhenti, jangan
membeku: yakinlah, waktu akan jadi bagianmu.
Inilah angin selatan: angin yang menderu melintasi hutan-hutan tropika, hutan-hutan
yang terluka, hutan-hutan yang menjadi saksi korban keserakahan dan ambisi manusia,
hutan-hutan yang menjadi korban kebodohan dan obsesi kaum rakus yang berkuasa.
Jangan marah wahai angin selatan, apabila kau tak lagi melihat kecantikan mahoni,
keagungan eboni, atau ketegaran pohon-pohon jati. Jangan salahkan siapa-siapa,
lebih baik kau belajar menerima.
Pohon-pohon ditebang, ditumbangkan. Hutan-hutan diganyang, diratakan. Jangan
marah angin selatan, cobalah untuk mengerti. Jangan kauundang banjir, tanah
longsor atau erosi untuk menghakimi. Cobalah untuk mengerti: lihatlah kini,
apalagi yang bisa dilakukan orang-orang di negeri selatan, orang-orang kalah
yang telah terlalu sering dikalahkan. Ya, apalagi yang bisa mereka lalukan buat
melawan penindasan, selain cuma bermimpi, mengharapkan datangnya secuil kemakmuran,
dengan menghancurkan hutan-hutan?
Heya! Heya! Heya!
Inilah angin selatan: angin yang berhembus dalam kegetiran, angin yang membawa
pedihnya luka orang-orang selatan.
4
Menderu. Menderu. Menderu.
Inilah angin selatan: angin yang sabar dan tegar, angin yang telah belajar menerima,
angin yang telah menjadi bijaksana?
Heya! Inilah angin selatan: angin yang membawa kebaikan dan kejahatan, angin
yang membawa penindasan dan kebebasan, angin yang membawa kebenaran dan kebohongan,
angin yang membawa penipuan dan keadilan.
Menderu. Menderu. Menderu.
Inilah angin selatan: angin yang bangkit mengabarkan perlawanan, angin yang
tak bisa terus-menerus direndahkan!
© Ahmad
Yulden Erwin. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.