Metafora Pertemuan

Pada suatu hari, di tepi padang ilalang, antara pasti dan bimbang, aku bertemu seorang pemuda, parasnya tenang memancarkan cahaya. Kudekati ia dan kutanya: "Selamat siang, mengapa kau berdiri saja di sini, adakah seseorang yang sedang kau nanti?" Ia tak menjawab, hanya tajam menatap. Bibirnya tersenyum misteri, aneh, mendadak aku merasa begitu asing dengan diriku sendiri.
Tenang ia berkata: "Telah lama kau kunanti di sini, ya, aku tahu apa yang selama ini selalu kaucari." Ada burung berkicau di pohon cemara, ilalang bergoyang disepoi angin utara, awan selatan bergerak dalam rahasia. Astaga! Semua itu kulihat dalam kedua bola matanya.
"Aku tak tahu siapa namamu, tetapi sepertinya aku telah lama mengenal dirimu," ucapku terbata-bata, sambil menundukkan kepala.
Di keningnya: matahari berkobar menyala. Di bibirnya: pelangi memancarkan pesona. Tubuhku sunyi, terpaku. Jiwaku api, menderu! Kulihat semesta yang bergerak tak henti-hentinya. Kulihat samudra. Kulihat hutan. Kulihat hujan. Kulihat berjuta manusia yang tak henti dipermainkan dunia. Ya, semua itu kulihat dalam kedua bola matanya.
Gila? Apakah yang sedang terjadi pada diriku? Mengapa semua terasa asing bagi napasku? Di manakah ruang dan waktu?
Ia hanya diam. Namun, sekilas senyumnya mampu membuat hatiku tentram. Pagi dan malam: melintasi gemerlap ujung rambutnya. O, kini kupaham, di dalam diam, segala kata tak lagi bermakna.
Wahai pemuda, siapakah sebenarnya dirimu?
Perlahan, ia mengangkat ujung jarinya, dalam alun sunyi semesta, lembut ia sintuh kedua bola mataku: "Akulah cahaya hatimu....."

Daftar Isi


© Ahmad Yulden Erwin. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.