Kini, kau telah sepenuhnya menjadi milikku. Kau tak bisa lepas dariku. Kau
sepenuhnya telah menjadi diriku.
Inilah pembunuhan itu. Berkali-kali kau telah kutikam dengan sebilah belati
bernama cinta. Dan kau cuma mampu tersenyum: mencoba untuk menerima luka. Kau
tak lagi punya harapan, selain aku. Kau tak lagi punya keinginan, selain aku.
Kau telah kehilangan hak untuk memiliki, kau telah kehilangan dirimu sendiri.
Tahukah kau, siapakah kekasih yang selama ini begitu kaucintai? Ya, ia tidak
lebih hanya sebilah belati. Aku hanyalah sebilah belati. Aku tak pernah sungguh-sungguh
mencintaimu. Aku hanya mencinta bayangan diriku di dalam dirimu.
Selama ini aku hanya membangun mimpi-mimpi. Telah kubelai pundakmu dengan keindahan
mimpi. Telah kukecup keningmu dengan keindahan mimpi. Aku tak perduli dengan
cintamu yang suci, aku hanya peduli pada mimpi-mimpi. Kuakui, aku bukanlah kekasih
yang pantas kaucintai, karena aku hanya seorang pemimpi.
Tak ada keberanian dalam diriku, selain hanya untuk menyakiti hatimu. Kekasih,
maafkanlah aku. Harus kuakui, bahwa selama ini, kau adalah matahari. Sedangkan
aku: cuma setitik debu yang selalu berkhayal menjadi matahari. Seluruh makna
hidupku, seluruh keadilan yang selama ini selalu kuseru, taklah lebih berharga
dibanding setitik airmatamu.
Kekasih, inilah airmataku
© Ahmad Yulden
Erwin. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.