Pulang bersama angin, bersama rumput, bersama batu, puncak-puncak gunung di
belakangku, mobil menderu di sampingku, jalan raya yang tak pernah berkata,
ah, langit tetap saja diam dalam rahasia.
Pulang bersama angin, jadi apa yang musti kubawa, tak ada apa-apa di kedua tanganku,
namun kuyakin, di hatiku selalu bergolak cahaya cinta. Ya, menjadi sederhana
dalam laku dan kata: inilah hidupku yang nyata.
Pulang bersama angin, ada matahari bersinar menyala, ada maut berbisik di telinga:
"Mati adalah nyata." Namun, aku berjalan, terus berjalan: kulihat
warna-warna, kulihat tanah dan debu, segalanya seperti tertawa, aneh, mengapa
aku belum juga bisa buat sekedar tertawa?
Akulah waktu! Tak ada yang mampu melukai pikiranku!
Pulang bersama angin, pulang bersama angin: Hmmm, aku merasa Tuhan membelai
keningku.
© Ahmad Yulden
Erwin. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.