Dihantar oleh pemburu pada Ahad, Ogos 11, 2002 - 01:57 tgh/mlm: |
bagaimana kriteria penilaian sastra di media cetak dan dihubungkan dengan konsep-konsep sastra pada pengajaran sastra dikampus
Dihantar oleh Nama tidak dikemukakan pada Ahad, April 03, 2005 - 01:44 pagi: |
Wah saya gak ngerti masalah beginian
Dihantar oleh Fahmi Faqih pada Khamis, Julai 21, 2005 - 08:15 tgh/mlm: |
Sastra koran pada dasarnya sama saja dengan sastra lainnya dalam hal memilih dan menilai sebuah karya sastra. Kriterianyapun kiranya tak jauh beda dengan kriteria yang diajarkan lewat metode dan konsep-konsep sastra yang ada di kampus. Hanya saja dalam kenyataannya sering kali otoritas redaktur lebih mendahulukan para koleganya dalam hal pemuatan karya sastra itu sendiri. Hal seperti ini saya kira bukanlah persoalan baru dalam sastra koran Indonesia. Namun bukan berarti karya sastra yang tidak dimuat di koran adalah karya sastra yang tidak bermutu. Satu contoh misalnya, penulis cerpen dan juga novel, Marewo, dalam pengakuannya di buku "orang biasa yang tidak biasa" karya Farid Tolomundo mengatakan, bahwa selama ini karya tulisnya berupa cerpen tak pernah sekalipun dimuat di harian Kompas. Namun apakah karya Marewo jelek? Kiranya tidak. Dan itu bisa dilihat dari banyaknya tanggapan atas novel-novelnya ataupun karya lainnya.
Saya kira sastra koran tak lebih hanya sekadar penamaan yang lain, sama kiranya dengan sastra dalam terbitan buku. Ini hanya beda media saja.
Wassalam
Dihantar oleh ACI pada Khamis, Oktober 11, 2007 - 11:12 tgh/mlm: |
Klik ACI:
http://artculture-indonesia.blogspot.com