Mengapa laut menjadi riuh oleh hempasan bisu
Mengapa air dan sungai mengeruh seperti air susu
Bukankah kejernihan selalu membawa aliran hidup
Atau karena asa dan cinta yang telah meredup
Habis terkuras, habis ditebas dengan segala keangkuhan
Tapi mengapa kau tinggalkan pulau itu, dengan lubang yang terdiamkan
Hempasan masalalu meratapi lubang kebuasan
Tak kau lihat pesona pulau yang dulu, janjikan keinginan
Habis manis sepah dibuang
Habis kaolin dan yang lainnya pulauku berlubang
Berkubang, meradang dalam tangis angin lalu
Tiada daya dan upaya
Selalu birokrat dan aparat yang mencari sesat bagi rakyat pulauku
Mungkin doa telah hilang, bersama sisa air yang memutih
Bukankah putih lambang kesucian
Tetapi mengapa putih telah jadikan debu-debu sisa-sisa pembodohan rakyat
Dan mengapa selalu hasilkan lubang dan kubangan
Berapa kali lagi, akan terjadi dan menjadi-jadi
Tiada dianggap, hanya aparat dan birokrasi dari lurah, camat sampai bupati jadi
pengikut sejati
Terus menanamkan modal-modal hasil korupsi, kolusi dan nepotisme dalam kantung
diri pribadi
Membuat pulauku seperti mati
Di tinggal lari para pendatang yang mendapat hati dari gelintiran orang yang
asli pulauku, dan berlaku teramat suci
JKT 27 agsts 1998
© Ayar Adsa
N.H.. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.