Semburat Bayang

Letupan-letupan darah yang segar
melotot memaksa keluar dari pori-pori
desakan naluri moyang
turun temurun mengisi zaman
seperti tiada bosannya

ayunan pinggul bak periuk nasi
yang setiap pagi musti di isi
lalu langkah gontailah yang kemudian keluar
Lalu deru nafaspun mereda

kedamaian bergilir
menyelimuti pucuk-pucuk cinta
yang dingin setelah ber embun

kecupan laksa pun hadir
waktu sangkakala berdesir mendayu,padu
mengeluh kejang

senyum juwita nan langsat
bermahkota hitam panjang
oh dayangku

malam telah tiba
terkutuklah tanganku ini
tangan seorang pujangga
menjelmakan bayangmu
nyata
meneguk cinta

Daftar Isi


© Panuntun Nugraha. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.