Ada waktu yang berlalu. Tanpa sesal, air mata batu
Musim musim yang terus berkanopi, tak pernah selesai menafsirkan setiap mimpi
kelabu
Nyatanya, memoar demi memoar terus saja kau tulis
Mengguratkan aroma bosan yang tertinggal pada lipatan pakaian. Lembab peluh,
kamar yang basah -- tak juga mengering. Terus bercucuran. Tapi, kata-kata telah
beku, tak bisa dibaca dalam sajak, berlalu
Mengeras, karena kau selalu saja telat dalam memberi makna
Kedaton, Bandar Lampung, 18-1-2003
© Alexander
Robert Nainggolan. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.