Gerimis patah, kau menyentuh gemerincing air dengan ujung jari. Tak ada lagi darah dan tetes air mata. Kota berdiam, menunggu dingin yang semerbak. Barangkali, masih ada sisa bunga yang mekar di antara peradaban batu. Seperti tetesan air yang kuat merengkuh segala duka. Menahan segala gigil
Gerimis patah, kau merasa hatimu berdarah. Tertancap runcing air. Beku di kornea
Jakarta, 2000
© Alexander
Robert Nainggolan. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.