Apa yang dapat kau katakan dari sebentuk kenangan?
Ketika daun gugur, rebah di tanah coklat dan jalanan dipenuhi debu. Menarikan
tubir bangkai diri sendiri. Setiap kali cahaya matahari pecah, kita terbelah.
Meraba sudut tubuh yang lunglai
Barangkali, kita hanya setetes kenangan itu, yang selalu meracau di ujung malam.
Nikmati nyanyian burung hantu yang belah lindap jazirah. Kau menatap kemarau,
perutmu buncit, lapar musim penghujan. Bencana apa lagi yang berkobar?
Sampai ratusan burung bangkai membingkaimu serupa efrosina
*) menyekap tubuh bacinmu yang tak terawat dari
ilusi datar tentang masa depan
Ceritakan. Ceritakan kenangan itu, biar air mata jadi bingkai hujan yang tak sempat dibawa pulang. Lalu, kau saksikan matahari bingsal dan pecah di ubun-ubunmu!
*) Judul Sajak Cecep Syamsul Hari
Bandar Lampung, Maret 2001-Jakarta, Desember 2002
© Alexander
Robert Nainggolan. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.